Thursday, December 31, 2009

Refleksi Akhir Tahun ala Buto

Tak terasa tahun 2009 akan segera berakhir dan tahun 2010 akan segera kita tapaki, demi menyongsong tahun 2010 maka sebagai refleksi akhir tahun kita akan sedikit mengulas apa saja di tahun 2009 dari kacamata kosmologi sebagai bahan renungan.

Hilangnya hukum sebab akibat

Wong jujur kojur
sebenarnya hukum sebab akibat tidak hilang tapi sedikit samar, apabila secara umum kita mengenal hukum karma atau sebab akibat yaitu dengan pernyataan "jika aku begini maka akibatnya begitu, jika aku begitu maka begini" maka di tahun 2009 ini khususnya menjadi samar-samar. Prinsip yg dipegang orang jawa yg menyatakan "wong jujur mujur" menjadi "wong jujur kojur" artinya orang jujur bakal hancur. Kalau kita menelisik apakah makna jujur itu? secara umum jujur itu tidak berbohong atau tidak membohongi diri sendiri/orang lain, ketika kita bicara jujur maka antara mulut dan hati nurani itu menjadi klop atau nyambung, apa yg ada dihati nurani itulah yg menjadi sumber ucapannya, karena antara hati nurani dan mulut klop maka detak jantung pun menjadi stabil dan beraturan maka sebagai akibatnya adalah tubuh menjadi "mujur" dalam arti kesehatan lebih terjaga.

Tapi sebaliknya sekarang ini malah yg dipakai adalah "wong jujur kojur" mengapa demikian? sebab ketika hati dan pikiran sedang gelap maka masa bodoh dengan teori-teori kejujuran, yang ada teori keselamatan diri sendiri, keluarga dan para kroninya. Sebagai contoh : pengusaha A sedang ditagih untuk membayar pajak tapi karena pajaknya dinilai terlalu besar maka si A memanipulasi data-data perusahaan dengan segala aset serta omzetnya, bila perlu menyuap petugas perpajakannya supaya hartanya selamat, dengan segala upaya utk tidak membayar pajak atau setidaknya yg dibayar sedikit maka selamatlah atau "mujurlah" si A dan si A juga sehat2 saja tidak sakit2an, mengapa? seharusnya memang menurut teori "wong jujur mujur" si A bisa sakit-sakitan sebab telah membohongi diri sendiri yg berakibat "perang" dengan hati nuraninya yg berefek detak jantung menjadi tak beraturan, tekanan darah meninggi. Itu semua diatasi oleh A dengan cara mengkonsumsi obat obatan supaya kondisi badannya tetap terjaga, maka dari itu peribahasa yg semula "bersih pangkal sehat" menjadi "obat-obatan pangkal sehat"

Obat-obatan pangkal sehat
didunia ini mana ada sih yg mau sakit sakitan? tentu saja sehat walafiat yg diharapkan, peribahasa "bersih pangkal sehat" itu dimulai dari diri sendiri yaitu kebersihan hati, maka dari itu ada lagu yg berjudul "jagalah hati" sebagai pemacu semangat untuk selalu menjaga hati kita tetap bersih, ada sebuah hadits yg menyatakan bahwa apabila hati kita sehat maka sehatlah seluruh tubuh, tapi apabila hati kita tidak sehat maka sakitlah seluruh tubuh, kira2 intinya begitu. Lalu dimanakah hati itu? apakah yg dimaksud lever? menurut hemat saya malah mengacu ke jantung, seperti kita tahu jantung itu pusat dari peredaran darah, darah dipompa oleh jantung untuk mengalirkan makanan serta oksigen keseluruh tubuh, apabila telat sedikit saja tubuh menerima makanan serta oksigen maka bisa berakibat rusaknya sel2 tubuh tsb, inilah mengapa pentingnya detak jantung itu beraturan. Lalu apa hubungannya dengan penyakit hati? apabila kita jatuh cinta maka jantung berdebar debar, apabila kita berbohong dan takut ketahuan hati juga berdebar, apabila birahi sedang tinggi maka jantung juga berdebar, semakin sering jantung kita berdebar maka semakin tinggi pula resiko kerusakan tubuh kita disamping juga penyempitan pembuluh darah. Ketika si A berbohong maka jantung juga berdebar, untuk mengurangi efek dari debaran jantung si A maka minumlah segala obat obatan supaya tetap sehat dan tampak sehatlah si A, dan berlaku peribahasa "obat obatan pangkal sehat"

Tapi itu peribahasa itu tidak berlaku lagi apabila si A sudah terbiasa berbohong, ketika si A bohong dan tidak ketahuan maka si A akan merasa lega dan mengulangi perbuatan bohongnya terus menerus karena keenakan tidak ketahuan, maka racun hati yg berupa sifat pembohong itu menjadi watak pembohong yg berubah dari racun menjadi "obat" hati yg membuat jantungnya tetap stabil ketika berbohong, dalam hal ini hatinya sudah kebal terhadap "racun" malah mengubahnya menjadi "obat" hati, apabila tidak berbohong malah justru hatinya berdebar debar.

Korupsi pangkal kaya


Dulu waktu masih SD kita diajarkan berbagai peribahasa seperti "hemat pangkal kaya", tapi kayaknya ini tidak berlaku lagi dijaman sekarang ini, untuk apa susah2 menabung demi masa depan, untuk apa susah-susah bersedekah untuk orang miskin kecuali untuk cari muka, semua itu tidak ada gunanya dimata para koruptor. Ada sebuah cerita menarik dari Prof Damarjati Supadjar disebuah stasiun televisi, kira2 begini ceritanya : "dulu ketika saya ketemu HB IX, saya memberanikan diri bertanya "mengapa air kotor bekas cucian kereta pusaka diperebutkan orang, bukankah itu kotor? dan mengapa keraton hanya mendiamkan saja perbuatan itu?" lalu dijawab oleh HB IX "seharusnya sisa air bersih yg dipakai untuk mencucilah yg menjadi rebutan dan pihak keraton tidak bisa turut campur melarang itu semua sebab itu menjadi perlambang bahwa kita itu sedang rebutan air kotor". Nah dari penuturan Sinuwun HB IX apakah yg dimaksud air kotor oleh beliau? kalau dilihat dari kondisi sekarang adalah hutang luar negeri, sekarang ini malah aneh lagi, sudah berhutang dan duit hutangan itu dikorupsi pula, maka jangan heran hutang kita semakin menumpuk hampir mustahil bisa lunas.

Lalu apakah yg dimaksud dengan sisa air bersih yg dipakai utk mencuci kereta? yg dimaksud adalah ilmu pengetahuannya. Seperti kita tahu bahwa negara kita menjadi obyek penderita dari barang-barang konsumtifisme, setiap ada model baru maka cepat cepat kita beralih ke model baru tersebut tanpa tahu apa manfaat dan kegunaan dari barang model baru tersebut, apabila demikian, maka kita telah "korupsi" ilmu pengetahuan yaitu membeli barang jadi secara instan tanpa memikirkan apa kegunaan/manfaatnya yg penting mengikuti perkembangan jaman katanya apalagi teknologi pembuatannya, orang yg melengkapi dirinya dengan aksesoris-aksesoris modern seperti HP terbaru, mobil terbaru, laptop terbaru dan semua serba terbaru belum tentu orang itu modern selama pola pikirnya masih konsumtif, apabila demikian maka orang itu memanipulasi dirinya yg primitif menjadi modern dari luarnya saja, perlu diingat filosofi teknologi itu memudahkan urusan manusia, apabila teknologi menjadi beban karena ketergantungan terhadap teknologi maka itu sudah menjadikan teknologi tersebut sebagai berhala baru, untuk menjauhi itu semua maka prinsipnya harus "seperlunya, secukupnya, sebaiknya dan sebenarnya" apabila tidak ada teknologi tsb tidak lantas menjadikan dirinya sakit sakitan.

Menata diri menyongsong masa depan

Puncak dari segala teknologi

Mungkin yg saya bahas ini agak nyleneh dan ngoyoworo tapi tidak ada salahnya kita coba pahami, ketika pada jaman primitif dulu ketika malam maka yg menjadi sumber penerangan adalah api unggun di atas tanah, kemudian dari api unggun menjadi obor/oncor/senthir yg ditaruh di dinding rumah dan posisinya lebih tinggi ketimbang api unggun, lalu ketika masuk jaman modern posisi penerangan lebih tinggi lagi yaitu di plafon rumah dengan lampu listrik dan lebih tinggi lagi maka akan menjadikan sinar matahari sebagai penerang abadi yg tidak pernah padam.

Apa maksud cerita diatas? dari api unggun yg berteknologi kasar dan rendah yaitu menggunakan kayu seadanya sebagai bahan bakar dan diletakkan diatas tanah, lebih tinggi lagi yaitu senthir yg menggunakan minyak sebagai bahan bakar dan diletakkan didinding rumah, lebih tinggi lagi menggunakan lampu listrik diplafon rumah dan menggunakan listrik sebagai sumber dayanya yg tanpa residu, lebih tinggi lagi yaitu dilangit ada matahari yg terus terang bermilyar milyar tahun dan sumber dayanya tidak habis habis. Maka kayu-minyak-elektron-reaksi fusi nuklir(??) mempunyai jangka waktu semakin lama dan semakin bersih, kayu bakar hanya beberapa jam apabila kayunya tidak ditambah, senthir bisa sehari semalam apabila gelas minyaknya penuh, lampu listrik bisa bertahan 500 jam yg bohlam dan ribuan jam yg neon, matahari berusia milyaran tahun. Kayu bakar meninggalkan setumpuk arang dan abu selama hanya beberapa jam, senthir meninggalkan jelaga hitam di plafon rumah selama sehari semalam, lampu meninggalkan lampu itu sendiri yg telah mati selama ratusan/ribuan jam, dan matahari tidak meninggalkan residu apapun kecuali telah habis umurnya dan meledak.

Sekarang ini kita telah memasuki era lampu listrik dan pelan2 telah menggunakan teknologi matahari melalui panel surya, tapi selama lamanya matahari tetaplah ada batas umurnya dan tidak abadi, maka apakah yg abadi? yg menyinari matahari yaitu nur Allah, maka puncak dari teknologi itu menggunakan "bahan bakar" nur Allah yg abadi terus terang dan terang terus, nur Allah itu tidak berwarna setidaknya tidak berwarna seperti warna warni cahaya biasa, lalu bagaimana penerapan dari teknologi nur Allah di kehidupan kita? ini agak susah dijawab, tapi teknologi ini sudah ada didalam tubuh kita yaitu menggunakan kekuatan batin atau cipta rahsa, memang cipta dan rahsa itu hanya turunan dari nur Allah tapi apabila percaya maka dayanya lebih dahsyat dari energi nuklir sekalipun, contohnya : berapa daya yg dibutuhkan untuk meneleportasi sebuah partikel sub atom? tentu tidak sedikit, tapi kita bisa teleportasi dengan badan kita lengkap apabila kita bisa menggunakan cipta dan rahsa kita secara optimal, tidak hanya itu, seperti levitasi, telepati, telekinesis, materialisasi/mengubah wujud benda, muncul di banyak tempat secara bersamaan dll yg konon katanya ilmunya tukang sihir itu bisa dilakukan dengan teknologi turunan nur Allah yaitu cipta rahsa. memang hanya ada segelintir orang yg bisa melakukan teleportasi, tapi coba apabila sebagian besar orang bisa melakukan ini maka tidak perlu lagi mobil dan pesawat maka bumi menjadi bebas dari segala residu, inilah awal dari teknologi malakut/nur Allah, tentu teknologi yg benar2 menggunakan nur Allah akan lebih hebat lagi, tapi ya ini hanya sebuah cita cita dimasa depan entah kapan bisa terwujud.

Menyimpulkan awal akhir

mari kita koreksi akibat dari dalil dalil yg salah dengan metode awal akhir. Allah itu wal awwaalu wal akhiiru, Dia lah yg mengawali an Dia lah yg mengakhiri segala sesuatu dalam bahasa lain tidak berawal dan tidak berakhir yaitu terbebas dari waktu.


Ketika si A korupsi pada awal awalnya dia merasa kepepet, karena butuh duit buat menyekolahkan anaknya, ketika korupsi dia berjanji didalam hatinya cuman sekali ini saja, tapi lama lama karena tidak ketahuan pingin juga mencobanya lagi tidak ketahuan juga hingga lagi lagi dan lagi dan pada akhirnya ketahuan juga, karena ketakutan si A berupaya membela diri mati matian demi harga diri dan reputasi dengan cara menyewa pengacara mahal dan loloslah dia dari jeratan hukum karena kelihaian pengacaranya serta tipu daya si A dengan manipulasi datanya, dari korupsi hingga berbohong, dari satu kebohongan ditutupi kebohongan lainnya apabila tidak diakhiri maka akan menjadi beban hidupnya yg menjadi tidak bahagia walaupun harta menumpuk, kebahagiaan itu tidak bisa diukur dengan banyaknya harta, pangkat dan wanita. Apabila si A yg tidak bahagia dan kepingin bahagia maka jalan satu2nya adalah pengakuan yg sejujur jujurnya bahwa dia korupsi dan mengembalikan semua hartanya kepada yg berhak, walaupun dipenjara berpuluh puluh tahun apabila pengakuannya itu tulus dan ikhlas serta menyesali perbuatannya maka insya Allah dia akan bahagia, kira kira mana yg dipilih, rumah istana bagaikan penjara atau rumah penjara bagaikan istana? tentu saja rumah istana bagaikan istana juga maka dari itu janganlah korupsi.

Ketika awal akhir itu diterapkan pada sebuah teknologi maka jadilah teknologi daur ulang, seperti kita tahu teknologi moden saat ini banyak sekali menghasilkan residu/sampah berupa plastik, ban bekas, sungai2 kotor, pencemaran udara dan pencemaran tanah, apabila terus menerus dilakukan maka bersiaplah menjadikan bumi ini menjadi planet sampah, pada dasarnya sampah itu adalah akibat dari teknologi yg kurang sempurna, ibarat bisa bongkar mesin tapi tidak bisa memasangnya lagi. Jadi teknologi buatan manusia itu harus bisa mendaur ulang sisa sisa residu yg tidak berguna dengan mencontoh teknologi didiri kita sendiri yaitu sistem pencernaan kita, apabila kita makan sayuran maka ketika menjadi kotoran maka kotoran kita kita daur ulang untuk kita jadikan pupuk bagi sayuran yg kita tanam dan kita makan, maka apabila begitu teknologi kita bisa harmonis dengan alam dan tidak menghasilkan residu yg percuma.

Inti dari uraian diatas adalah bahwa sesungguhnya semua itu dari Allah dan menuju Allah, Allah lah pemilik segala yg ada maka dari itu buat apa kita mengejar segala sesuatu yg sifatnya keduniaan semata karena semua ini hanya titipan belaka yg suatu saat akan diambilNya, maka dari itu penyelesaian terbaiknya adalah dengan mengejar ridhoNya maka dunia ini otomatis akan ikut terkejar. Di awal kita merajut sebuah tali kehidupan kita maka diakhir hendaknya kita bisa membuat simpul balik dari rajutan tali kehidupan kita agar bisa diuraikan kembali seperti semula, apabila tidak bisa membuat tali simpul balik maka bundet lah tali kehidupan kita saling tali temali saling menjerat semakin ruwet dan kusut.

blog comments powered by Disqus