Sunday, May 24, 2009

Sisi Lain Buku Ilusi Negara Islam


Ketika saya berkunjung ke blog kangmas sabdalangit yang membahas tentang buku ini, saya jadi terpacu untuk menulis yang sama tapi dari perspektif yang berbeda, buku ini dapat didownload di sini, mohon untuk tidak terlalu terpukau dengan tulisan dibawah ini karena yg saya tulis merupakan buah pikiran saya tanpa referensi atau dalil naqli, jadi kalau ada salah ya memang salah saya kalau ada kebenaran karena Allah SWT semata, tapi saya berharap bisa saling melengkapi satu sama lain.


Pada zaman dahulu kala Allah menciptakan malaikat dan jin sebelum manusia, malaikat bertugas sabagai diferensiasi atau turunan dari fungsi kuasa Allah, sedangkan jin seperti halnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, diantara golongan jin tersebut ada yg namanya Azazil atau Iblis, Iblis merupakan Jin yg sangat taat kepada Allah, dibelahan bumi manapun setiap jengkal tanah pernah dipakai Iblis buat sujud kepada Nya, bahkan Iblis karena takwanya kepada Allah, dijadikan segolongan dengan malaikat. Ketika manusia pertama diciptakan(Adam), Allah memberi Adam pengetahuan mengenai penamaan benda2 sesuai dan sejalan dengan AsmaNya. Singkat kata Allah mengumpulkan para malaikat termasuk Iblis untuk diperkenalkan dengan makhluk ciptaanNya bernama manusia, disuruhlah para malaikat untuk sujud kepada Adam, maka semua malaikat sujud seketika kepada Adam kecuali Iblis, lalu Allah bertanya kepada Iblis, "hai Iblis mengapa engkau tidak sujud kepada Adam" kata Allah, Iblis menjawab "aku terbuat dari api, sedangkan Adam dari tanah, aku lebih mulia dari Adam", "Terkutuk kau Iblis, engkau sombong, keluar dari hadapanKu" begitu kata Allah, "baiklah kalau begitu berilah aku umur yg panjang ya Allah sehingga aku dapat menggoda anak keturunan Adam hingga kiamat tiba" begitu pinta Iblis, "baiklah Iblis, tapi segala goda dan tipu dayamu tidak akan berlaku bagi hambaKu yg Ikhlas" jawab Allah. Begitulah sketsa dialog antara Allah dan Iblis, maka timbul suatu pertanyaan jika para malaikat sujud kepada Adam maka apa yg dilakukan Adam? jawabnya Adam sujud kepada Allah, pada dasarnya para malaikat sujud kepada Allah tapi didepan para malaikat Adam juga sujud kepada Allah( Adam menjadi Imam para malaikat seperti sholat), lalu siapakah Iblis? pada hakekatnya Iblis adalah keakuan/ke egoan Adam(manusia) yg sepihak dan sombong, Iblis sebagai wujud tidak dapat diketahui secara pasti antara ada dan tiada, ada yg mengatakan Iblis bersemayam di segitiga bermuda, tapi yg pasti di hati tiap2 manusia terdapat Iblis(ego yg berwatak api).



Pernahkah kita memperhatikan cahaya matahari berwarna apa? kalau kita menjawab putih maka jawabannya benar separo, tapi kalau kita menjawab tak terhingga, maka itu jawaban benar sesungguhnya, kenapa? coba lihat pelangi yang dengan jujur apa adanya memantulkan cahaya matahari apa adanya menjadi 7 warna pokok( merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) dan tak terhingga warna diantara 7 warna pokok, Cahaya matahari juga dipantulkan lewat hijaunya daun, putihnya melati, kuningnya kenanga, merahnya mawar dsb. masing2 warna mempunyai keindahan tersendiri, apabila daunnnya itu Iblis maka daun akan menyuruh melati, kenanga, mawar untuk menjadi hijau serupa daun, tentu tidak akan indah bukan?. Agama(Dien) itu ibarat cahaya matahari yg menyinari bumi(umat) yang warnanya dipantulkan oleh daun, melati, mawar, kenanga dsb simbolisasi dari budaya masing2 daerah yg tercerahkan oleh agama. Apabila salah satu golongan merasa paling benar dan mengkafirkan golongan lain yg tidak sepaham maka diibaratkan seperti daun merasa paling hijau dan paling indah sehingga menafikan warna2 yg lain. Sebuah faham atau sekte yg merasa diri paling benar maka dia hanya bisa melihat cahaya matahari cuma satu warna, warna lainnya terhalang oleh ego ke Iblisannya(ego api), sebaliknya orang2 yg ikhlas dapat melihat seluruh warna cahaya matahari sekaligus karena sudah membunuh ego keIblisannya yg ada di hati.


Pada waktu kuliah, saya mempunyai teman bernama N, si N ini ternyata seorang Ahmadiyah Qadyani yang meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi Isa AS sekaligus imam Mahdi, si N begitu baik kepada saya hingga mau kemana-mana saya selalu di antar apabila saya minta, ketika itu di kostnya N saya berdialog mengenai Imam mahdi, saking serunya hingga menjurus ke debat panas dan bikin emosi, tapi akhirnya saya mengalah dan meminjam buku2 tentang Ahmadiyah kepada N, tentu saja dgn suka cita N bersedia meminjamkan kepada saya, sampai dirumah saya baca buku2 tsb, pada buku pertama saya seperti tersihir melihat gaya tulisannya yg santun dan menjabarkan masalah agama secara menyeluruh dan obyektif, saya hampir terpikat untuk ikut aliran si N, tapi begitu saya membaca buku kedua seperti antitesa dari buku pertama yg berisi cemoohan kepada ulama2 yg mengkafirkan dia(Mirza Ghulam Ahmad) dengan kata2 kotor(bodoh, tolol dsb) juga berisi bahwa dia sendiri lebih makrifat dari Nabi SAW, seketika itu juga simpati saya hilang, dan beberapa hari kemudian saya kembalikan buku2 tersebut ke N tanpa ngomong apa2, sejak itu si N terlihat menjauhi saya, mungkin merasa saya tidak sealiran dengannya dan gagal untuk dijadikan sealiran dengannya.

Pada pengalaman lain saya punya teman juga namanya A dia juga baik, kelihatannya dia penganut Salafy terlihat dari celananya yg diatas mata kaki dan jenggot, suatu ketika saya berdebat dengan A mengenai sesuatu, ketika saya menjelaskan dgn panjang lebar si A selalu menjawab "ada dalilnya nggak?" saya jadi agak bingung sebab yg saya jelaskan dari sisi budaya dan filsafat. ketika itu gantian ketika si A menjelaskan sesuatu saya tanya balik "ada dalilnya nggak?", rupanya si A juga bingung dan agak emosi karena nggak tahu dalilnya sambil ngeles "ada dalilnya, pasti ada". rupanya si A juga sama2 masih belajar kayak saya, tapi yg bikin heran ketika si A mau sholat dia nggak ngajak saya malah ngajak teman lainnya, mungkin di kira saya penganut kejawen/abangan yg tidak sholat, padahal banyak yg kejawen/abangan yg rajin sholat seperti muslim pada umumnya.

Ada lagi satu pengalaman ketika habis sholat dhuhur berjamaah di masjid kampung, saya didatangi seorang aktivis HTI(hizbuttahrir Indonesia) yg kebetulan saya kenal dan dia kenal saya, dia meminta sya untuk memberikan tanda tangan mengenai petisi tentang syariat islam untuk disampaikan ke DPRD I Yogya, saya menolak karena saya tidak setuju pelaksanaan perda syariat Islam di Yogya, si aktifis sebut pak S membujuk dengan dalil2 Qur'an yg panjang2 dan hafal diluar kepala, lalu saya bilang bahwa Amien Rais, Syafi'i Maarif dsb saja tidak setuju, pak S dengan kalem berkata bahwa tokoh2 yg saya sebut tadi tidak mempresentasikan umat Islam, pak S juga mengatakan menolak Pancasila sebagai dasar negara dengan alasan tidak sesuai dgn syariat Islam dan tidak berbahasa arab(agak geli juga mendengarnya). Pada debat saya dengan pak S dia bilang terserah mau tanda tangan apa tidak mumpung bulan puasa bulan penghapusan dosa, lalu saya jawab "dosa dan pahala itu urusan Allah". yg paling agak kurang sreg ketika anak pak S aqiqoh, beliau tidak mengundang saya, tapi justru mengundang kakak saya yg ikut menandatangani petisi tsb dan ayah saya, padahal saya, kakak dan ayah masih satu rumah.

Satu lagi pengalaman guru SMA saya yg notabene seorang Nahdliyin, menghadiri acara orang yg berfaham "eksklusif" tidak disebutkan fahamnya apa, guru saya sebut saja pak L mau mengambil makanan dipiring tidak jadi tapi sudah tersentuh, para tamu yg"eksklusif" tsb tidak mau mengambil makanan yg tersentuh oleh pak L(dikiranya najis), melihat gelagat tsb pak L tidak hilang akal dan menyentuh semua makanan di semua piring, walhasil tidak ada satupun para tamu tsb mengambil makanan di piring....jadi makanannya mubazir semua...


Yah jadi memang kita itu hidup secara berkelompok, bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk mengenal satu sama lain, bukannya mengaku paling benar,hebat,unggul sehingga merendahkan golongan lainnya. Agama(Dien/dharma) itu ibarat cahaya matahari yang dipantulkan oleh hijaunya daun, putihnya melati, kuningnya kenanga, merahnya mawar dsb, yang dimanifestasikan dalam hambali, maliki, syafi'i, hanafi, salafy, wahabi, bahkan NU, Muhamadiyah, LDII, HTI dsb. Apabila salah satu faham tsb berusaha mendominasi faham lain dengan cara mengkafir, bid'ah, takhayul, musyrik dsb yg intinya memojokkan maka faham tersebut terjebak kedalam ego keIblisan, si pemilik faham tersebut merasa paling benar dan bahkan menganggap Tuhan selalu di pihaknya dan meridhoi perjuangannya padahal belum tentu meridhoi, tanpa sadar pula si penganut faham tsb telah menyembah Tuhan anggapan dia sendiri(Tuhan anggapan bukan Tuhan sebenarnya), maka penganut faham tsb telah menyekutukanNya dengan Tuhan anggapan sendiri. Para penganut faham tsb melancarkan dakwahnya keseluruh dunia dengan segala cara bila perlu membunuh atas nama Allah dan jihad, padahal jihad sebenarnya mengubah sadar naar(keapian) ke sadar nuur(penuh cahaya).

19 comments:

  1. Zaman kuliah dulu saya juga pernah didakwahi oleh aktipis N11. Dia selalu mengangkat mengenai hijrah. Nampaknya, dalil mengenai hijrah itu yang paling dihafal oleh aktivis N11. Saya bilang bahwa hijrah dalam arti berpindah secara fisik adalah hijrah yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan hijrah secara batin adalah hijrah ke dalam Islam secara kafah. Akan tetapi, hijrah ke dalam N11 menurut saya, bukan merupakan bentuk hijrah ke dalam Islam secara kafah karena Nabi maupun Allah sendiri tidak pernah menyebut-nyebut bentuk negara Islam. Bahkan, hidup di negara kafir pun kita boleh asalkan kita masih bisa beribadah kepada Allah.

    Yang lebih lucu lagi adalah apabila kita masuk N11 maka kita akan dianggap sebagai orang-orang yang pertama masuk Islam dan dijamin masuk surga. Saya tertawa saja. Golongan yang pertama masuk Islam dan insya' Allah dijamin masuk surga ada 10 orang (CMIIW). Mereka adalah benar-benar orang yang pertama masuk Islam ketika awal mula Nabi berdakwah.

    Saat ini saya kok semakin melihat bahwa bentuk negara itu bisa apa saja. Bentuk negara tidak menjamin pelaksanaan syariat Islam dengan sebenar-benarnya. Banyak contohnya kan?

    ReplyDelete
  2. @kangkombor
    pengalamannya bagus sekali kang sama kek saya, tapi daripada menyalahkan orang lain, saya lebih suka mendudukkan perkara dari awal sekali yakni dari iblis yg ngaku paling baik dari adam, jadi kesimpulannya apabila kita ngaku2 palig baik yaaa ndak ada bedanya dari si iblis, walaupun itu islam fundamental kalo akhlak & perilakunya tawaduk yaa itu yg saya salut

    ReplyDelete
  3. wah, ternyata ada ebook-nya. saya sudah mengunduhnya, mas tono. gagasan NII ini memang sudah lama muncul. tapi kalau melihat kondisi multikultur yang ada di negeri ini, NII kayaknya akan sulit berkembang. tak heran kalau banyak yang menyimpulkan kalau fenomena ini hanya sebuah ilusi.

    ReplyDelete
  4. betul sekali pak sawali, tapi saya lebih setuju nilai2 islami terakomodir dalam konstitusi dengan tidak memakai istilah2 arab. btw pancasila itu sangat islami

    ReplyDelete
  5. silahkan mbak, mumpung gratis :D

    ReplyDelete
  6. hihihi.. urip iku ojo dumeh.. ojo gumunan.. semua adalah sebuah perjalanan.. sebelum dentang lonceng sang waktu berbunyi teruskanlah perjalanan itu.. jangan baru merasakan sensasi sedikit kita tertipu sudah merasa rasa.. mulai mentang mentang.. mulai tunjuk sana tunjuk sini.. padahal perjalanan itu masihlah panjang.. panjang sekali.. tetapi banyak manusia yang tertipu dengan sensasi..
    kebenaran hakiki.. saat orang berhenti menunjuk kekiri dan ke kanan.. dan mulai menata diri dalam penyerahan diri totaaaal.. menghasilkan akhlakul kharimah.. membuktikan kepada dunia bahwa SPIRIT ISLAM adalah RAHMATAN LIL ALLAMIN.. menjadi anugerah bagi sesama.. dalam karya nyata.. berkarya dan mencipta demi kemaslahatan bersama.. memegang teguh nilai kejujuran terhadap diri sendiri.. sesama dan Tuhannya.. menebarkan cinta dan kasih sayang.. itulah manusia manusia SEJATI.. insan kamil..
    Salam Sayang
    Salam Kangen
    Salam Rindu untuk mu..

    ReplyDelete
  7. "melirik ke atas" betuuul kang boed, memang kita ojo dumeh lan gumunan...jangan rumongso iso tapi iso ngrumongso
    Salam Sayang
    Salam Kangen
    Salam Rindu untuk mu..juga

    ReplyDelete
  8. Wahaha...
    untung saya ndak kuliah, jadi tidak kenal dengan orang-orang macam yang Anda sebut itu (karena biasanya kampus itu orangnya heterogen).

    Tapi omong soal ekslusivisme dan fanatisme kelompok, saya sendiri sampai sakit kepala menghadapinya, soale anak paman saya sendiri salafy tulen.

    *walah, jadi ngomongin orang* :-P

    salam kenal mas, sharing-nya mantep.

    ReplyDelete
  9. @frozen
    sekali2 ngrasain kuliah ya ndak papa to.....itung2 nyari pengalaman...supaya kita merasakan bahwa kehidupan ini majemuk dan beraneka ragam

    ReplyDelete
  10. Saya kagum dengan analogi cahaya matahari sebagaimana diungkapkan oleh MasTono. Pemahaman di atas, bukan saja menyiratkan pemahaman terhadap agama, namun lebih dari itu, sampai di mana tataran pencapaian spiritual seseorang. Bila semua umat Islam memiliki kesadaran sperti MasTono saya optimis, justru Islam akan menjadi kuat dan besar, mudah diterima semua orang, benar-benar menjadi rahmat bagi alam semesta.

    Salam sejati
    salam asah asih asuh

    ReplyDelete
  11. @sabdalangit
    wah , justru saya yg harusnya belajar banyak ke panjenengan...memang analogi cahaya matahari itu berlaku utk semua agama...jadi kta jgn sampai keblinger atas pengakuan sepihak atas suatu kebenaran...karena diatas semua kebenaran adalah milikNya yg diibaratkan oleh cahaya matahari...
    nuwun

    ReplyDelete
  12. @sabdalangit
    wah , justru saya yg harusnya belajar banyak ke panjenengan...memang analogi cahaya matahari itu berlaku utk semua agama...jadi kta jgn sampai keblinger atas pengakuan sepihak atas suatu kebenaran...karena diatas semua kebenaran adalah milikNya yg diibaratkan oleh cahaya matahari...
    nuwun

    ReplyDelete
  13. merisaukan penilaian orang lain membuat orang tidak damai,kehilangan kegembiraan hidup dan kebebasan batin.Pujian/celaan orang lain hanyalah ungkapan dari persepsi dan suasana hati dari orang yg memuji/mencela atau merupakan proyeksi diri.NILAI SESEORANG YANG SEBENARNYA TIDAK BERUBAH DENGAN ADANYA PUJIAN ATAU CELAAN.
    ......................
    salam asih satuhu.

    ReplyDelete
  14. @yangkung
    yah memang begitulah adanya sekarang ini, saya sebagai muslim pun sangat ngelus dodo apabila melihat orang2 yg ngaku2 plg benar dengan parang ,pentungan dsb...kebenaran tidak hanya milik satu pihak tapi mutlak milik Tuhan

    ReplyDelete
  15. "hijaunya daun, putihnya melati, kuningnya kenanga, merahnya mawar dsb"

    Kalo hijau daun, saya sudah punya koleksinya. Kalo yang lain saya belum punya, group band baru, ya mas?

    Hihihi, ma'af nggak nyambung!

    Kalo saya sih berharap munculnya Republik Inulnesia (nyaingi Republik Cinta-nya Dhani atau Republik Mimpin-nya Ghozali). Sehingga bisa joget ngebor sampai puyeng! Tarik mang!

    ReplyDelete
  16. @segar
    hijau daun mah judulnya nyontek artikel ini wkwkwkwk

    ReplyDelete
  17. love and peace percayalah pada diri sendiri itulah kunci terbaik mengenal diri...
    mas kita hidup dizaman yg memang harus dilalui seperti ini penuh dengan keruwetan hidup tapi bukankah kerewutan juga pilihan dari yang ESA!
    kalau rewt dibuat pusing maka pilihan cuma satu api tapi bila keruwetan itu dibawah tawaduh alhamduliilah Tuhan akan senantiasa bersama kita.
    semoga kita menjadi manusia2 yang tawakal nan arif juga bijaksana
    salam dari balikpapan lagi

    ReplyDelete