Pada suatu ketika Ngatemi gadis cantik anaknya pak Pono sedang duduk duduk di teras depan rumahnya, sebenarnya bukan teras tapi hanya tritis atau pinggiran atap yang kebetulan agak lebar dan cukup untuk menaungi sebuah kursi bambu panjang, rumah pak Pono tergolong sederhana, dinding kayu yang dicat warna hijau tampak sudah mulai lapuk, maklum pak Pono hanya tukang angkringan dimalam hari dan sebagai buruh tani di siang hari.
Ngatemi tampak menyisir rambutnya yg panjang tergerai sambil bersenandung lirih, entah apa yg disenandungnya tapi yg jelas untuk mengusir kesepian, tampaknya Ngatemi sedang menunggu seseorang. Tampak dari kejauhan muncul si Tono pemuda desa yang terkenal sableng dan doyan makan menuju ke arah rumah pak Pono, sudah jelas siapa yang ditunggu Ngatemi kali ini, tentunya si sableng Tono yang gendut. Dari jauh Tono melihat Ngatemi yang memakai baju putih bergaris garis warna biru muda sedang santai sambil menyisir rambutnya "ahhh...pucuk dicinta ulam tiba...Ngatemi chayaangku....kangmas dataaang" begitu batin Tono. Begitu Tono masuk ke halaman rumah pak Pono, langsung saja mengucapkan rayuan gombalnya "Diiik Ngatemiii...kangmas dataaang...lama nunggu yah...kangen yah sama kangmasmu ini..." Ngatemi agak cuek mendengar sapaan Tono yang berbau rayuan gombal itu, Ngatemi menoleh sebentar ke arah Tono lalu memalingkan muka tanda sedang agak marah, dengan sinis Ngatemi menjawab "Mau apa kamu mas...tadi malem SMS saya segala ngajak ketemuan pake alesan penting segala...?" "Duuuuh...jangan ngambek dong chayaaang...kangmas kan cuman mau silaturahmi ajaaa...buleh kan?" rayu Tono untuk kedua kalinya. Tanpa dipersilahkan oleh Ngatemi si empunya rumah, Tono langsung duduk disebelah Ngatemi dan tentu saja Ngatemi beringsut menjauh tanda jijik "ih...dateng dateng langsung nylonong aja...jangan deket deket dong mas Tono kita kan bukan muhrimnya" begitu ujar Ngatemi merespon sikap Tono yang mulai urakan itu, melihat Ngatemi seperti burung dara yang malu malu mau itu Tono tampak kegirangan, kali ini dia merasa rayuan gombalnya telah mengena sasaran dan dia telah siap dengan rayuan gombal berikutnya "ehemm...dik Ngatemi sayangku, kiranya dikau telah tahu apa maksud kedatangan kakangmasmu ini...biarlah langit yang cerah serta rumahmu menjadi saksi cinta kita yang abadi, juga kucing di sana serta tikus tikus di rumahmu sekalian sama kecoak yang ada di got depan juga bisa ikut berbahagia atas cinta kita" Ngatemi sontak menahan tawa mendengar jurus rayuan gombal Tono yang aneh bin ajaib, akhirnya Ngatemi ketawa juga tidak kuat menahan tawa melihat tingkah Tono yang kelihatan di buat buat seromantis mungkin, tapi apa lacur, seromantis romantisnya Tono tetaplah Tono yang aslinya, sambil cekikikan Ngatemi meladeni rayuan super gombal Tono dengan jawaban anti gombal "kikikikik.....preeeettt" jawab Ngatemi sambil tutup hidung menirukan suara Komeng.
"Lhooo..kok pret sih...sun dong ah" protes Tono sambil agak keheranan di buat buat, "gak...jijey tahuuuu..." Ngatemi mulai agak serius mukanya melihat gaya Tono yang semakin menjurus ke perbuatan tidak senonoh. Melihat Ngatemi yang mulai agak galak Tono pun matanya melihat jalan didepan rumah pak Pono mencari inspirasi bagaimana menaklukkan Ngatemi pujaannya itu, dirinya melihat kendaraan dan orang orang kampung yang berlalu lalang, walaupun kampung tempatnya pak Pono itu tergolong kampung kecil tapi karena dilewati jalan beraspal maka kampungnya menjadi rame oleh para pengendara bermotor yang berlalu lalang. Sambil berpikir keras Tono mulai melamun bagaimana enaknya punya istri secantik Ngatemi, dirinya berkhayal di malam pertama dia menikah akan diisi dengan berselimutkan sarung supaya mudah untuk "bertempur" setiap saat, ditengah lamunannya Tono mulai menancapkan tekad "aku harus dapatkan si Ngatemi bagaimanapun caranya" dan saat itu juga sebuah ide rayuan pun datang, sambil membetulkan kerah kaosnya Tono berlagak serius dan memulai jurus rayuan pamungkasnya "ehemm..ehemmm...dik Ngatemi...dikau adalah permata hatiku, pujaanku, idolaku, sekaligus kekasihku, ketika aku makan teringat kamu, ketika minum juga teringat kamu...dan ingat kamu disetiap saat, sebegitu rindunya daku kepadamu...hingga makan pun nggak enak, minum tidak segar, tidur tidak nyenyak, membaca buku tidak ganti ganti halaman itu semua karena aku rindu kamu dik Ngatemi sayang, apa jadinya aku tanpa kamu, jika kamu mati aku pun ikut mati, hidupku tak berarti tanpamu...dik Ngatemi....ailapyu somat" begitu Tono selesai melancarkan jurus pamungkas rayuan gombalnya, Ngatemi tampak terdiam agak lama dirinya bingung juga menjawabnya, dirinya tahu bahwa kali ini Tono serius dalam merayu, tapi apa daya kalau cinta tidak bisa dipaksakan dan untuk menolak Tono secara halus Ngatemi pun berkata secara halus "mas Tono yang baek, bukannya saya menolak cinta mas Tono kepada saya, tapi saya belum siap untuk berumah tangga dan juga saya masih ingin sendiri dulu lagi pula mas Tono kan belum bisa menafkahi saya dengan cukup...entar saya makan apa dan juga saya juga butuh bedak supaya kelihatan tetap cantik".
Ngatemi walaupun gadis kampung tapi wajahnya diatas rata rata untuk gadis kelas kampung, dalam berdandan pun Ngatemi tergolong modis, rambutnya agak merah karena dicat dengan cat rambut kepunyaan saudaranya di kota, kulit putih serta wajah oriental Ngatemi mengingatkan Tono pada Miyabi bintang film Porno asal jepang idolanya, itu sebabnya mengapa Tono begitu bernafsu ingin memiliki Ngatemi. Dari jawaban Ngatemi, Tono sadar bahwa Ngatemi menolak cintanya, maka dirinya pun memutar otak supaya kedatangannya tidak sia sia, lalu Tono pun mulai memelas sambil berujar "dik Ngatemi, walaupun kamu tolak cinta kakangmasmu ini...tapi ijinkanlah kakangmasmu ini untuk menciummu sebagai tanda persahabatan....sini dik Ngatemi....kangmas datang...muuuuuuaaaaaaahhh...." Tono tampak memonyongkan bibirnya sambil memejamkan mata bersiap untuk mencium, Ngatemi pun kaget melihat tingkah Tono yang sudah mulai kelewatan, spontan Ngatemi pun ketakutan melihat bibir Tono yang monyong beraroma rokok campur telur asin mulai menyengat dan bersiap dicium "hiiiii...jijik....bau mulutmu itu lho...hiiii...pergi sanaaaa!!!...pergiiii...lagian ngapain kamu kesini cuma mo minta ginian....emang kamu siapa...? pake ngerayu rayu segala...emangnya ini jaman siti nurbaya apa...ngaca dong kamu....kamu ini punya apa....sudah gendut jelek lagi....iiihhh gak level..." Ngatemi pun tampak garang, kali ini tidak main main tangannya siap menampar pipi Tono, melihat gelagat tidak mengenakkan Tono pun mundur sambil tersipu sipu malu dan menggumam pelan "yaaah...namanya juga usaha dik Ngatemi sayang...kalo gak mau ya udah....jangan marah yaaa" "peeeergiiiiiii...muak aku melihatmu...!!!" Ngatemi tampak semakin garang sambil matanya melotot ke arah Tono, Tono pun tampak sedih melihat Ngatemi yang mulai kasar kepadanya, ditengah kesedihannya Tono melihat Noto datang dari kejauhan, melihat suadaranya datang Tono pun membatin "sialan kutu kupret datang....wah kurang asem nih...kalo ketahuan kayak gini bisa diceramahin berjam jam....kabur ah..." Tono pun segera menyambar sandal jepitnya sambil berlari meninggalkan rumah pak Pono takut ketahuan saudaranya si Noto, melihat Tono kabur Ngatemi tampak lega sambil menggumam "huuuhhh...akhirnya gendruwo itu pergi juga...sapa juga yang mau ama dia...walaupun dia laki laki terakhir di muka bumi ini...aku gak akan mau sama Tono bajingan itu..."
"Lhooo..kok pret sih...sun dong ah" protes Tono sambil agak keheranan di buat buat, "gak...jijey tahuuuu..." Ngatemi mulai agak serius mukanya melihat gaya Tono yang semakin menjurus ke perbuatan tidak senonoh. Melihat Ngatemi yang mulai agak galak Tono pun matanya melihat jalan didepan rumah pak Pono mencari inspirasi bagaimana menaklukkan Ngatemi pujaannya itu, dirinya melihat kendaraan dan orang orang kampung yang berlalu lalang, walaupun kampung tempatnya pak Pono itu tergolong kampung kecil tapi karena dilewati jalan beraspal maka kampungnya menjadi rame oleh para pengendara bermotor yang berlalu lalang. Sambil berpikir keras Tono mulai melamun bagaimana enaknya punya istri secantik Ngatemi, dirinya berkhayal di malam pertama dia menikah akan diisi dengan berselimutkan sarung supaya mudah untuk "bertempur" setiap saat, ditengah lamunannya Tono mulai menancapkan tekad "aku harus dapatkan si Ngatemi bagaimanapun caranya" dan saat itu juga sebuah ide rayuan pun datang, sambil membetulkan kerah kaosnya Tono berlagak serius dan memulai jurus rayuan pamungkasnya "ehemm..ehemmm...dik Ngatemi...dikau adalah permata hatiku, pujaanku, idolaku, sekaligus kekasihku, ketika aku makan teringat kamu, ketika minum juga teringat kamu...dan ingat kamu disetiap saat, sebegitu rindunya daku kepadamu...hingga makan pun nggak enak, minum tidak segar, tidur tidak nyenyak, membaca buku tidak ganti ganti halaman itu semua karena aku rindu kamu dik Ngatemi sayang, apa jadinya aku tanpa kamu, jika kamu mati aku pun ikut mati, hidupku tak berarti tanpamu...dik Ngatemi....ailapyu somat" begitu Tono selesai melancarkan jurus pamungkas rayuan gombalnya, Ngatemi tampak terdiam agak lama dirinya bingung juga menjawabnya, dirinya tahu bahwa kali ini Tono serius dalam merayu, tapi apa daya kalau cinta tidak bisa dipaksakan dan untuk menolak Tono secara halus Ngatemi pun berkata secara halus "mas Tono yang baek, bukannya saya menolak cinta mas Tono kepada saya, tapi saya belum siap untuk berumah tangga dan juga saya masih ingin sendiri dulu lagi pula mas Tono kan belum bisa menafkahi saya dengan cukup...entar saya makan apa dan juga saya juga butuh bedak supaya kelihatan tetap cantik".
Ngatemi walaupun gadis kampung tapi wajahnya diatas rata rata untuk gadis kelas kampung, dalam berdandan pun Ngatemi tergolong modis, rambutnya agak merah karena dicat dengan cat rambut kepunyaan saudaranya di kota, kulit putih serta wajah oriental Ngatemi mengingatkan Tono pada Miyabi bintang film Porno asal jepang idolanya, itu sebabnya mengapa Tono begitu bernafsu ingin memiliki Ngatemi. Dari jawaban Ngatemi, Tono sadar bahwa Ngatemi menolak cintanya, maka dirinya pun memutar otak supaya kedatangannya tidak sia sia, lalu Tono pun mulai memelas sambil berujar "dik Ngatemi, walaupun kamu tolak cinta kakangmasmu ini...tapi ijinkanlah kakangmasmu ini untuk menciummu sebagai tanda persahabatan....sini dik Ngatemi....kangmas datang...muuuuuuaaaaaaahhh...." Tono tampak memonyongkan bibirnya sambil memejamkan mata bersiap untuk mencium, Ngatemi pun kaget melihat tingkah Tono yang sudah mulai kelewatan, spontan Ngatemi pun ketakutan melihat bibir Tono yang monyong beraroma rokok campur telur asin mulai menyengat dan bersiap dicium "hiiiii...jijik....bau mulutmu itu lho...hiiii...pergi sanaaaa!!!...pergiiii...lagian ngapain kamu kesini cuma mo minta ginian....emang kamu siapa...? pake ngerayu rayu segala...emangnya ini jaman siti nurbaya apa...ngaca dong kamu....kamu ini punya apa....sudah gendut jelek lagi....iiihhh gak level..." Ngatemi pun tampak garang, kali ini tidak main main tangannya siap menampar pipi Tono, melihat gelagat tidak mengenakkan Tono pun mundur sambil tersipu sipu malu dan menggumam pelan "yaaah...namanya juga usaha dik Ngatemi sayang...kalo gak mau ya udah....jangan marah yaaa" "peeeergiiiiiii...muak aku melihatmu...!!!" Ngatemi tampak semakin garang sambil matanya melotot ke arah Tono, Tono pun tampak sedih melihat Ngatemi yang mulai kasar kepadanya, ditengah kesedihannya Tono melihat Noto datang dari kejauhan, melihat suadaranya datang Tono pun membatin "sialan kutu kupret datang....wah kurang asem nih...kalo ketahuan kayak gini bisa diceramahin berjam jam....kabur ah..." Tono pun segera menyambar sandal jepitnya sambil berlari meninggalkan rumah pak Pono takut ketahuan saudaranya si Noto, melihat Tono kabur Ngatemi tampak lega sambil menggumam "huuuhhh...akhirnya gendruwo itu pergi juga...sapa juga yang mau ama dia...walaupun dia laki laki terakhir di muka bumi ini...aku gak akan mau sama Tono bajingan itu..."
Ketika Noto sampai didepan rumah pak Pono, dirinya melihat Ngatemi yang sedang shock sambil nafasnya terngah engah karena habis marah sama Tono, Noto pun mendekati Ngatemi sambil mengucap salam "assalaamualaikum dik Ngatemi..." Ngatemi tampak cuek tidak menjawab salamnya Noto, Noto tahu apa yang terjadi barusan terhadap Ngatemi karena Noto diberi kelebihan oleh Allah bisa melihat yang tidak bisa dilihat oleh mata karena kejernihan hatinya. Ngatemi menoleh kearah Noto yang sedang berdiri didepannya tidak langsung duduk, rupanya Ngatemi masih marah sama Tono dan kemarahan Ngatemi pun berimbas pada Noto yang tidak terlibat apa apa "mau apa kamu kesini...lihat tuh kembaranmu....benci aku..." Ngatemi pun segera memalingkan muka, kedatangan Noto sebenarnya hanya bermaksud menghibur serta menenangkan Ngatemi karena ulah si Tono, dengan pelan dan lembut Noto berujar "dik Ngatemi, maafkan atas segala kelakuan Tono yang kurang ajar terhadap dik Ngatemi, walau bagaimanapun juga Tono itu saudara saya, saya sangat menyesal dengan apa yang telah Tono lakukan, kalau dik Ngatemi masih marah, marah lah sama saya...saya ikhlas kok" air mata Noto tampak mengalir karena sedih bercampur menyesal mengapa selama ini dia tidak bisa mengubah perangai Tono yang kelewatan, atas segala upaya dia untuk merubah sifat Tono dia pasrahkan semuanya kepadaNya karena hidayah Allah itu urusan Allah dan Noto hanya bisa berusaha. Ngatemi tampak tidak tega melihat Noto menangis, walaupun antara Tono dan Noto itu saudara kembar tapi perangai keduanya berbeda jauh ibarat bumi dan langit, menyadari hal itu Ngatemi buru buru minta maaf kepada Noto "emmm...maapin aku ya mas Noto...abisnya si Tono itu lho berani kurang ajar sama aku...masa mau pake cium cium segala" Ngatemi tampak memandang wajah Noto dengan penuh penyesalan sebab telah memarahinya tanpa sebab, sambil menyeka air matanya Noto pun tersenyum "ah...ndak apa apa kok dik....kamu memang pantas marah kepada Tono juga kepadaku karena kesalahan Tono juga kesalahanku juga...sebenarnya segala curahan hati Tono juga sama dengan curahan hatiku juga dik Ngatemi" Ngatemi tampak keheranan dan bertanya "maksud mas Noto apa yah...?", "Gini lho dik....Tono itu sangat sayang kepada dik Ngatemi...saya tahu itu karena saya saudara kembarnya...begitu pula dengan saya....saya juga sayang dan cinta kepada dik Ngatemi..." memang diakui bahwa antara Tono dan Noto itu kembar identik walaupun Tono lebih gendut tapi dalam hal urusan selera keduanya sama, keduanya sama sama suka dengan tipe gadis berwajah oriental.
Kali ini Ngatemi bertambah bingung bagaimana menjawab perkataan Noto, Ngatemi menyadari bahwa Noto itu seorang yang sangat baik hatinya sangat jauh dengan Tono yang urakan dan kurang ajar, sebenarnya Ngatemi suka dengan Noto tapi memang dasar wanita, untuk mengungkapkan isi hatinya terlebih dengan pria yang disukainya Ngatemi pun jual mahal, "heeemmm...gimana yaah...emangnya mas Noto beneran suka sama aku....kalo aku gak secantik sekarang...apa mas Noto masih suka sama aku?" Dengan tenang Noto menjawab " dik Ngatemi memang cantik, tapi kecantikan dik Ngatemi karena Allah, Dia lah yang maha memiliki kecantikan, apabila suatu saat wajah dik Ngatemi tidak secantik sekarang lagi maka sesungguhnya kecantikan wajah dik Ngatemi itu hanya berpindah ke hati dik Ngatemi dan itulah kecantikan dik Ngatemi yang sesungguhnya yang ada di hati dik Ngatemi". Kaget juga Ngatemi mendengar rayuan Noto yang berbeda jauh dengan rayuan Tono yang penuh gombal dan urakan, tapi Ngatemi masih jual mahal "lhooo kok pindah sih...emangnya sekarang hatiku ndak cantik apa..." sambil tersipu malu Noto pun berkata "bukan begitu maksud saya dik, sekarang hati dik Ngatemi memang cantik, tapi seiring bertambahnya usia maka hati dik Ngatemi akan bertambah cantik karena saya yakin dik Ngatemi akan terus mempercantik hatinya sendiri walaupun wajah tidak secantik sekarang, kecantikan dihati dik Ngatemi akan terpancar melalui wajah dik Ngatemi sendiri serta perbuatan dik Ngatemi" sambil senyum senyum tanda senang karena merasa tersanjung Ngatemi pun membalas "kalau aku mati apakah mas Noto mau mati bersamaku...kan katanya cinta itu sehidup semati" Noto bahagia melihat Ngatemi tampak senang karena rayuannya "dik Ngatemi...mati itu biarlah menjadi urusan Allah, apabila Allah berkehendak dik Ngatemi mendahului saya maka sudah menjadi kewajiban saya untuk melanjutkan tugas dan perjuangan dari dik Ngatemi yaitu membesarkan dan mendidik anak2 kita kelak untuk menjadi anak yang soleh supaya bisa mendoakan ibunya, dengan saya ikhlas melepas dik Ngatemi pergi menghadap Allah maka saya telah benar benar cinta dengan dik Ngatemi sebab ketika sakaratul maut yang dibutuhkan adalah keikhlasan dari keluarganya supaya tidak menjadi beban sehingga malaikat akan ringan mencabut nyawanya dan Allah telah mempersiapkan istana istana megah di alam barzah untuk dik Ngatemi sebagai wujud dari amal perbuatan dik Ngatemi di dunia ini".
Ngatemi tampak merinding membayangkan kematiannya kelak dan berujar "iiiih...mas Noto apaan sih...kok pake ngomongin mati segala...kan saya jadi takut" Noto tertawa kecil melihat ekspresi Ngatemi lalu menjelaskan "dik Ngatemi ndak usah takut, setiap manusia pasti mati kok, kalau salah satu dari kita mendahului menghadap Allah maka cinta kita berdua akan diabadikan oleh Allah di sorga kelak, segala cinta kasih kita berdua di dunia ini hanya sementara, berdoalah semoga cinta kita berdua diabadikan di akherat kelak di surganya Allah, dimana cinta kita berdua dipertemukan kembali dibawah naungan cintanya Sang Maha Pencinta" Ngatemi tampak terharu mendengar penjelasan Noto yang sangat sangat indah terdengar, sambil menangis Ngatemi berkata "mas Noto....saya ini memang cantik tapi hati saya tidak cantik...mas Noto itu sungguh baik, apakah saya pantas buat mas Noto...apabila kita menikah kelak saya merasa hanya menjadi beban mas Noto saja....saya ini bukan gadis baik mas Noto....masih banyak gadis yang lebih cantik dan lebih baik dari saya dan lebih pantas buat mas Noto" melihat Ngatemi sesenggukan menangis Noto juga ikut terharu, pelan pelan Noto berkata "dik Ngatemi, yang menentukan baik tidaknya seseorang itu hanya Allah, jangan merasa rendah diri karena merasa tidak baik dan tidak pantas, merasa tidak baik dan tidak pantas itu adalah salah satu wujud kebaikan tersendiri, memang banyak gadis lebih cantik dan lebih baik dari dik Ngatemi tapi kalau sudah cinta maka dik Ngatemilah yang terbaik dan tercantik, segala kebaikan dan kecantikan dik Ngatemi terpancar dari nur Allah yang memancar dari dalam dik Ngatemi sendiri, saya cinta dik Ngatemi apa adanya tapi saya lebih cinta Allah dibalik dik Ngatemi dalam arti saya lebih cinta dik Ngatemi yang cintanya diambil alih olehNya, cinta Allah itu meliputi segala makhluk, segala cinta kasih kita berdua hanya milik Allah. Dik Ngatemi insya Allah tidak akan menjadi beban saya dalam menjalani hidup serta mendekatkan diri kepadaNya, setiap melihat wajah dik Ngatemi maka seolah olah saya telah melihat wajah Allah karena wajah Allah ada dibalik wajah dik Ngatemi dan itu akan semakin mengingatkan saya kepada Allah, cinta kasih asmara kita insya Allah menjadi sarana untuk semakin mendekatkan diri kita kepadaNya".
Semakin jelas di hati Ngatemi bahwa Noto adalah sosok pemuda impiannya, tapi realitas berkata lain, Noto itu bukan orang kaya, hidupnya pas pasan, Ngatemi berpikir bolehlah Noto menjadi idaman setiap wanita tapi apa bisa membahagiakannya apabila hidupnya pas pasan, dirinya masih melihat seseorang berdasarkan materi, Ngatemi sudah agak bosan hidup pas pasan, dia pingin kelak punya suami yang kaya raya supaya hidupnya bisa lebih sejahtera dan juga membahagiakan orang tuanya dengan harta yang melimpah, dan demi keinginan untuk menjadi kaya serta kecintaannya terhadap harta maka Ngatemi berusaha menolak Noto dari dalam hatinya dan dengan berat hati berkata "mas Noto.....saya boleh jujur nggak.....saya ini sebenarnya sudah dijodohin oleh bapak dengan anaknya pak Wakidi juragan kayu di kampung sebelah....sebagai anak yang berbakti tentu saya tidak bisa menolak permintaan bapak...ikhlaskan saya ya mas Noto untuk menjadi istri orang lain" mendengar jawaban Ngatemi, Hati Noto tampak remuk tapi Noto berusaha menenangkan hatinya sekuat tenaga dan berdoa kepada Allah supaya diberi kekuatan, tak lama kemudian hati Noto telah tenang kembali, lalu berkata "dik Ngatemi....memang berat rasanya hati ini melepasmu menjadi istri orang lain, tapi apa daya manusia berusaha dan Allah lah yang menentukan....dan karena cinta saya terhadap dik Ngatemi maka saya mengikhlaskan dik Ngatemi menjadi milik orang lain apabila itu pilihan dik Ngatemi, saya akan membebaskan dik Ngatemi memilih yang terbaik...dan apabila dik Ngatemi jadi menikah dengan anaknya pak Wakidi maka insya Allah saya akan datang di pesta pernikahan dik Ngatemi untuk mengucapkan selamat, apabila didunia ini cinta kita tidak bisa bersatu maka diakherat kelak di sorganya Allah semoga cinta kita bisa bersatu kembali dan diabadikan oleh cintanya Allah sang maha pencinta.....o yah dik Ngatemi...hari sudah sore saya pulang dulu ya....semoga dik Ngatemi bisa memilih yang terbaik karena Allah....assalaamualaikum" selesai mengucap salam Noto lalu pergi pulang diiringi oleh penyesalan Ngatemi mengapa dia berbohong kepada Noto soal perjodohannya dengan anaknya pak Wakidi, tapi apa lacur mulut telah berucap dan penyesalan selalu datang belakangan, kapan lagi aku bisa mendapatkan pemuda sebaik Noto, duh bodohnya aku, Ngatemi tampak sangat menyesal dan memarahi dirinya sendiri.