Wednesday, October 7, 2009

Terjemahan Serat Wedhatama Pangkur 3-5



Sebelum kta memulai membahas bait 3, 4 dan 5 serat Wedhatama Pupuh 1 Pangkur, maka saya mengucapkan beribu terima kasih kepada Kangboed atas awardnya, jujur saja ini award pertama saya, semoga Allah meridhoi perjalanan spiritual kangboed...amin.


03
Nggugu karsane priyangga,
nora nganggo peparah lamun angling,
lumuh ingaran balilu,
uger guru aleman,
nanging janma ingkang wus waspadeng semu,
sinamun samudana,
sesadoning adu manis .

04
Si pengung nora nglegewa,
sangsayarda denira cacariwis,
ngandhar-andhar angendukur,
kandhane nora kaprah,
saya elok alangka longkangipun,
si wasis waskitha ngalah,
ngalingi marang sipingging.

05
Mangkono ilmu kang nyata,
sanyatane mung weh reseping ati,
bungah ingaran cubluk,
sukeng tyas yen den ina,
nora kaya si punggung anggung gumunggung,
ugungan sadina dina,
aja mangkono wong urip.


Terjemahan bait 3
menuruti keinginan pribadi,
tidak kesulitan ketika berpaling,
malas dinamakan membangkang,
bagi yang suka dipuji,
tapi manusia yang sudah waspada terhadap kesemuan,
tersembunyi oleh kata kata semu,
bersabar dalam mengadu kemanisan

Keinginan pribadi minta dituruti (nggugu karsane priyangga) ketika tergoda oleh benda benda duniawi, dimanakah kita bisa mendapatkan benda2 yang menggoda? mall, ya memang kalau kita masuk ke mall dan mata kita tergoda kepada perempuan2 muda berbaju seksi nan menggoda berlalu lalang, ketika kita melihat lihat counter HP, elektronik, baju dsb maka timbullah keinginan untuk membelinya walaupun sebenarnya kita tidak butuh, tapi karena nafsu maka uang yg semestinya untuk membeli keperluan lain yg lebih penting melayang demi sebuah HP model terbaru, inilah nafsu pribadi disamping nafsu sex juga yang tidak kalah bahayanya maka dari itu ada istilah "bobok2 siang", "short time", "WIL", "PIL", "sundel bolong" dsb yang intinya adalah perselingkuhan. Maka dari itu sangat penting untuk mengendalikan hawa nafsu supaya kita terbebas dari residu dunia.

Pada dasarnya Nur Allah itu terus terang dan terang terus tidak pernah padam sesaat pun, dan cahaya Nur Allah yg terang tapi tidak menyilaukan itu menerangi seluruh ciptaanNya kecuali ada penghalangnya, lalu apakah yg menjadi penghalangnya? diri kita sendiri, ibarat kita membelakangi sinar matahari maka kita akan melihat bayangan kita dan bayangan kita itulah akibat dari cahaya matahari yg kita halangi, kalau muka kita menghadap cahaya matahari tentu muka kita akan terkena sinar matahari. Saya tidak tahu persis makna dari "balilu" dan maknanya saya anggap sama dengan balelo atau membangkang, malas (lumuh) itu adalah watak manusia ketika berhadapan dengan yg tidak disukainya, orang malas mengerjakan sholat karena tidak suka atau juga belum mengetahui manfaat serta hakekat didalamnya. Biasanya bagi manusia manusia yg suka menuruti hawa nafsu juga suka dipuji (uger guru aleman),tipe tipe manusia semacam ini biasanya akan malas melakukan sesuatu yang baik kalau tidak dipuji, maka bisa dikatakan segala perbuatannya adalah riya'.

Tapi bagi yang sudah waspada akan semut hitam dibatu hitam dimalam hari (nanging janma ingkang wus waspadeng semu), maka segala perbuatan baiknya akan dia sembunyikan juga tidak banyak omong (sinamun samudana), segala amal baik hanya kita niatkan kepada Allah dan tidak perlu kita umbar demi memperoleh pujian dari orang lain, memang adakalanya kita "pamer" sedekah tapi hanya kita niatkan untuk memacu yang lain supaya berlomba lomba dalam berbuat kebaikan, tapi didalam hati kita tidak ada niat untuk pamer secuilpun. Orang yg sudah mawas diri akan menahan diri (sesadoning adu manis) untuk mengadu ilmu kebijaksaan, debat kusir demi memperoleh pengakuan bahwa dirinyalah yg lebih pintar dan paling pintar, bagi orang yg sudah mawas diri, memamerkan ilmu dan harta demi pujian adalah tabu karena segala puji hanya diperuntukkan bagi Allah, pujian yg mampir didiri kita hanya sementara, bisa jadi orang itu sekarang memuji kita tapi dilain waktu mencela kita.


Terjemahan bait 4
si bodoh tidak berbesar hati
semakin olehnya banyak omong,
mengurai angan angan tinggi,
omongannya tidak lazim,
semakin indah dan tidak bersela,
si pintar dan bijaksana mengalah,
menutupi kebodohannya.

Masih menceritakan tentang si bodoh (pengung) yang suka terhadap pujian dan tidak berbesar hati (nora nglegewa). Si bodoh yg mengaku pandai ini suka sekali mengumbar banyak omong dan janji (sangsayarda denira cacariwis), suka sekali berangan angan yang muluk muluk setinggi langit (ngandhar-andhar angendukur) dan sungguh diluar omongan orang yg rendah hati dan sangat tidak lazim (kandhane nora kaprah), semakin lama semakin "indah" omongan si bodoh ini, omongan yang kelihatannya cerdas tapi tidak berisi pada kenyataannya (saya elok alangka longkangipun). Ketika si pintar mendengarkan omongan si bodoh maka akan mengalah (si wasis waskitha ngalah) karena sesungguhnya mengalah itu menuju Allah dan akan menjadi mulia pada akhirnya (wani ngalah luhur wekasane) ngalah itu bukan dari kata "kalah" tapi dari kata "Allah", awalan "nga" menurut tata bahasa jawa maka berarti kata kerja pasif, ketika "nga" ditambah "Allah" maka menjadi "ngaAllah" dan disingkat menjadi "ngalah". Ketika si pintar mengalah karena dia merasa bodoh dan introspeksi diri, membersihkan hati dari segala kotoran juga karena menjaga perasaan si bodoh (ngalingi marang sipingging).


Terjemahan bait 5
begitulah ilmu yang nyata,
kenyataan yang membahagiakan hati,
senang dikatakan bodoh,
merendah ketika dihina,
tidak seperti si bodoh membual,
bualannya sehari hari,
orang hidup janganlah begitu

Begitulah ilmu yang sejati (Mangkono ilmu kang nyata), ilmu padi bagi yang pintar dan bijaksana, karena ilmu itulah maka hatinya menjadi tenteram dan bahagia (sanyatane mung weh reseping ati), kebahagiaan itu tidak bisa diukur tapi bisa dirasakan, bagi yang pintar dan bijaksana ketika dibilang bodoh malahan senang (bungah ingaran cubluk), karena ketika dibilang bodoh maka si pintar akan segera menyadari kebodohannya, ketika manusia mengetahui hakekat Tuhan sebenarnya maka merasa bodohlah dia, sesungguhnya kita itu bukan apa2, tiada daya secuilpun karena ijin Allah, tapi kita punya kehendak (iradat) Allah yg dititipkan kepada kita, maka pergunakanlah kehendak itu untuk kita olah menjadi nafsu muthmainah yang akan memimpin nafsu amarah, lauwamah, sufiyah, serta nafsu2 lainnya. Bagi si pintar ketika dihina akan merendah (sukeng tyas yen den ina), merendah karena merasa bodoh juga untuk menyembunyikan ilmunya demi menghindarkan diri dari sifat pamer, karena pamer itu sifat si bodoh.

Semua watak si pintar sungguh bertolak belakang dengan sifat si bodoh, si bodoh suka membual setiap harinya (nora kaya si punggung anggung gumunggung, ugungan sadina dina), maka dari itu janganlah kita hidup dengan meniru si bodoh (aja mangkono wong urip).

Di bait 3, 4 dan 5 Serat Wedhatama pupuh Pangkur ini hanya menceritakan perbandingan antara si bodoh dan si pintar. Si bodoh suka menuruti hawa nafsunya sendiri, suka pamer dan suka dipuji, karena suka dipuji maka didalam kesehariannya suka membual dengan kata kata yg manis, suka beradu pendapat demi pujian, pengakuan kalau dirinya pandai. Si pintar ini kebalikan dari si bodoh, si pintar sudah mawas diri terhadap hawa nafsunya, karena hawa nafsu yg tidak terkontrol akan menjerumuskan dirinya, suka menyembunyikan amal kebajikannya, tidak suka berdebat hanya demi pujian, suka ngalah karena menuju Allah, senang bila dikatakan bodoh dan merendah ketika dihina, sesungguhnya apa yang dilakukan si pintar ini sangat membahagiakan hatinya, bahagia itu tidak diukur dari banyaknya harta, banyaknya istri simpanan dan tingginya kedudukan, bagi si pintar nan bijaksana, kebahagiaan itu ketika bertemu Allah, lalu dimanakah Allah? Allah itu tidak kemana mana tapi kekuasaannya ada dimana mana, lebih dekat dari urat nadi leher, satu tapi meliputi maka dari itu cintailah Dia, segala cinta kita kepada Dia akan semakin mendekatkan kita kepadaNya, cinta kita kepadaNya harus kita wujudkan kedalam cinta kepada ciptaanNya, cinta kepada amal sholeh kita serta cinta kepada rasulNya, ketika kita melakukakn itu semua maka kita telah menghadirkan Allah didalam hati kita.

blog comments powered by Disqus