Friday, December 11, 2009

Topo Mbuto Melihat Kebaikan Dibalik Keburukan



Tono sedang bersiap menulis sebuah artikel untuk segera diposting di blog kesayangannya, kali ini dia tidak usah menunggu Noto lagi karena dia barusan mendapat wejangan dari Sri Paduka Buto Cakil. Tapi ternyata masih ada yg mengganjal dihatinya, perlukah wejangan dari bossnya buto itu diposting? dia ragu2 kalau para pembacanya salah paham memaknai tulisannya. Tahu tahu Noto sudah berdiri dibelakangnya lalu duduk menjejeri Tono.

Noto : "lho katanya sudah mendapat wejangan dari Ndoro Cakil kok masih bingung, sudah tulis aja"

Tono : "tulis dengkulmu kuwi...lha ini aku bingung mo nulis apa tidak, kalau ditulis ntar banyak yg salah paham"

Noto : "ya tinggal bagaimana cara kamu menulis aja, tulislah yg baik2 sedangkan yg sekiranya tidak layak utk dibabar dimuka umum ya ndak usah ditulis"

Tono : "hihihihi sebenarnya tidak hanya itu, saya masih bingung juga mengapa keberadaan para buto itu dibutuhkan didunia ini?"

Noto : "lho memngnya kamu tidak menyimak wejangan beliau to? lalu kalau tidak paham apanya yg ditulis?, hati2 lho....kamu harus paham dengan apa yg kamu tulis supaya kamu juga bisa mempertanggungjawabkannya"

tono : 'lho kamu sendiri kan tahu....aku ini otaknya pas2an, ngeyel, ndablek dan malas lagi....gimanaa niih...o iya makan Cerebrovit dulu aah biar pinter dikit"

Noto : "sini biar aku jelaskan, ndak usah makan Cerebrovit segala karena ini adalah urusan hati, pakailah rahsa kamu yaitu kebeningan hati kamu yg terbebas dari ego kesepihakan"

Tono : "sik..sik...emangnya kamu tahu dari mana isi dari wejangan beliau, wong kamu aja kelayapan entah kemana alesannya topo ngrame segala...emang kamu dapat apa dari topo ngramemu itu?"

Noto : "emangnya kamu lupa yah...walaupun tubuh kita terpisah jauh tapi jiwa dan ruh kita satu, karena aku adalah kamu dan kamu adalah aku"

Tono : "hihihihi...oo iya ding sampe lupa aku, lalu kamu dapat apa dari pengembaraanmu itu?"

Noto : "kalau itu ntar aja, yg penting aku mau menjelaskan dari wejangan ndoro buto cakil itu. Penjelasan beliau itu sepenuhnya benar menurutku dan kamu harus menurut sama beliau, beliau memang berdarma untuk menggoda manusia ya kita ini, tapi niat beliau menggoda itu hanya sekedar berdarma atau menjalankan tugas, tentu saja terserah kita mau ikut godaan beliau dan anak buahnya atau mendengar bisikan malaikat"

Tono : "dasaaar guwowowowobloook...halaah ikutan ndoro BRG...kalau itu aku sudah tahu Nooot...yang aku maksud itu, bolehkah kita berdarma seperti darma beliau, misalnya kita sadar bahwa kita kebetulan ada dipihak yg buruk dan menggoda manusia, bisakah kita seperti itu?"

Noto : "lho kan sudah dijelaskan sama beliau bahwa percuma mengikuti darma beliau dan para buto, karena kita adalah manusia dan yg paling cocok buat kita ya berdarma dijalan kebaikan"

Tono : "lha sekarang ini malah aku merasa menjadi buto dan harus berdarma keburukan, maka dari itu aku tetapkan niat laku topo mbuto...makan, tidur, be'ol, ngeblog, lihat miyabi dan aku ndak akan mengikuti perintah2 Tuhan segala wong aku ini buto je....huahahahahahahah"

Noto : "buat apa kamu laku topo mbuto segala, mending kamu ikut saya topo ngrame itu jauh lebih berguna buat kita ketimbang topo mbutomu itu"

Tono : "buat apa begitu, itukan tugas kamu sedangkan saya biarlah saya mengalah dijalan kejahatan...huahahahahahahaha"

Noto : "itu hanya perasaanmu aja yg ingin menuruti hawa nafsumu, kamu kan kepingin terbebas dari segala perintah Tuhan to?, kepingin bebas dan ingkar to? lalu itu semua kamu jadikan alasan supaya terbebas dari aturan2 agama kan?"

Tono : "lho bukannya para buto itu ingkar, mereka membisiki manusia kita2 ini supaya sesat dan mereka mengaku berdarma, lha apa bedanya dengan pengakuanku tadi?"

Noto : "salah satu bedanya adalah para buto itu tidak bercita cita menjadi buto dan berwatak buto sedangkan kamu aku tahu karena aku sangat mengenalmu, kamu itu baik kalau dari baik lalu bercita cita menjadi tidak baik itu sudah bisa ditebak alasannya yaitu cuman ingin nuruting rasaning karep"

Tono : 'lho kalau buto itu memang begitu apakah dia tidak nuruting rasaning karep, gimana kamu Nooot...?"

Noto : "sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku akan sedikit bercerita....begini Ton, dulu waktu jaman Adam masih dilangit katakanlah begitu, ketika para malaikat disuruh sujud kepada Adam maka  Iblislah yg tidak sujud kepada Adam, lalu siapakah Iblis itu? memang Iblis itu suatu simbol dari sifat "aku" yg sepihak, tapi ada tafsiran lain bahwa ternyata Iblis itu adalah suatu esensi kebaikan yg mengalah menjadi keburukan agar kebaikan itu tetap langgeng dengan cara dia mengaku aku sepihak atau sombong yg kita tahu hanya Tuhanlah yg berhak sombong karena Tuhan itu "tan kena kinaya ngapa" sedangkan makhluk itu semuanya "kena kinaya ngapa" oleh kekuasaan Tuhan"

Tono : "sik..sik...mulai mumet aku....dgn bahasa lebih gampang dong....hihihi"

Noto : "dengan kata lain Iblis itu sudah mengetahui rencana Tuhan, karena Iblis itu sangat taat kepada Tuhan maka dia bersedia mengalah menjadi keburukan agar kebaikan itu tetap langgeng, jadi hakekat terdalam Iblis itu baik, tinggal cara pandangnya manusia aja itu terserah persepsi masing2"

Tono : "wooooo...jadi gitu to pendapat kamu....dasar kafir kamu berpendapat begitu!, kalau ketahuan orang yg radikal bisa dihalalkan darah kamu, ati2 kamu kalo ngomong!"

Noto : "maka dari itu aku saranin kamu untuk tidak menggunakan otak kamu dalam arti jangan hanya menggunakan akal kamu, karena akal itu penuh pertentangan salah-benar, baik-buruk, boleh-tidak, tapi kalau kamu menggunakan hati terdalam maka akan melihat semuanya secara obyektif dan proporsional"

Tono : "hmmm akal memang terkadang bisa menyesatkan, tapi kalau baik dan buruk itu tidak kita bedakan maka akan kacau dunia ini"

Noto : "cara pandang yg memandang semuanya baik itu justru untuk melihat di kegelapan jagat baik-buruk yg seperti semut hitam dibatu hitam di malam hari, kalau mata kita ikutan gelap ya tidak akan bisa melihat dikegelapan, maka dari itu kita harus punya mata yg terbiasa di kegelapan dalam arti sudah peka dengan cahaya selemah apapun"

Tono : "selama ini kita terbiasa dengan istilah "memerangi kejahatan" didalam agama  kita, sedangkan apa yg kamu sampaikan itu sebuah hal yg langka didalam khasanah agama2 samawi"

Noto : "langka mungkin iya bukan berarti tidak ada, ada juga lho sufisme yg mengajarkan untuk "berguru "kepada Iblis, berguru dalam arti bukan berguru kejahatan tapi berguru didalam kekhusyukan, iblis itu sangat khusyuk berbuat jahat, ibarat kalau mata sudah tertuju kedepan maka pantang untuk mengalihkan pandangan kemanapun selain kedepan"

Tono : "lhaaa sekarang apa contoh yg mengisyaratkan kita untuk berguru kepada keburukan/kejahatan?"

Noto : "kalau mau nyari didalam khasanah islam ya mungkin gak akan nemu, tapi kalau kamu mau melebarkan cara pandang kamu ke agama2 dari timur seperti Hindu maka kamu akan menemukan sebuah kisah perang Bharatayuda, didalam kisah itu diceritakan bahwa tidak ada yg sepenuhnya hitam maupun sepenuhnya putih"

Tono : "contohnya?"

Noto : "contohnya adalah Adipati Karna, dia itu adalah seorang satria sejati bahkan dimasukkan kedalam salah satu Tripama watak satria, karena keutamaan dia membela sumpahnya. Dia itu sebenarnya adalah sulungnya pandawa anak dari Kunti dan Dewa Surya, karena anak itu "perselingkuhan" antara Kunti dengan Dewa Surya maka demi menjaga martabat Kunti agar tetap perawan maka dilahirkanlah bayi itu dari telinga, maka dari itu dinamakan Karna yg artinya telinga. setelah itu bayi itu dilarung di sungai dan ditemukan oleh seorang kusir kereta. Singkat kata ketika dewasa dia mencuri curi ilmu dari Pandita Durna gurunya pandawa dan kurawa, sehingga kemampuan Karna setara dengan Arjuna didalam hal memanah, ketika diadakan lomba memanah antara Pandawa dan Kurawa maka tidak ada satupun dari kurawa yg bisa menandingi kemampuan Arjuna, seketika itu Karna merasa gatal dan maju menantang Arjuna, karena kasta Karna yg seorang anak kusir kereta dan tidak sebanding dengan kasta Arjuna yg seorang satria maka dicemoohlah Karna sang anak terbuang oleh adik2nya dan Arjuna tidak mau bertanding lebih lanjut dengan Karna karena perbedaan kasta, yang mengetahui Karna kakak dari pandawa adalah sang ibu sendiri yaitu Kunti. Mengetahui Karna bisa menandingi Arjuna maka Kurawa menyanjung Karna dan mengangkat Karna sebagai saudaranya, maka dari itu Karna bersumpah setia kepada Kurawa yg bukan apa2nya ketimbang dengan Pandawa saudaranya yg telah menghina dan mencemoohnya"

Noto : "ketika menjelang perang Bharatayuda, sang ibu Kunti didalam versi India disebutkan bahwa Kunti memohon kepada Karna sang anak untuk melepas baju Tamsir dan anting2nya sumber kekebalan tubuhnya agar Arjuna bisa menandingi kesaktian Karna, Karna pun bersedia melepas baju Tamsir beserta antingnya demi menuruti kemauan sang ibu yg telah membuang dirinya sejak bayi. Sebenarnya bisa saja Karna membunuh Arjuna di perang Bharatayuda tapi karena demi sang ibu maka dia merelakan dirinya dibunuh oleh adiknya itu. Dan ketika perang berlangsung dan Karna bertemu Arjuna di medan laga, Arjuna berhasil membunuh Karna dengan panah Pasupatinya, lalu Kresna sebagai titisan Wisnu datang menemui Karna yg sekarat dengan menyamar sebagai begawan dan meminta sedekah, Karna lalu melepas gigi emasnya yg tersisa untuk diberikan kepada begawan jelmaan Kresna tsb. Setelah itu berubahlah Begawan itu menjadi Kresna dan terharu dengan perbuatan Karna tsb, maka Kresna sebagai titisan Wisnu bersedia mengabulkan apapun permintaan Karna, lalu Karna meminta agar abu jenasahnya disemayamkan ditelapak tangan Wisnu dan hanya Karna satu2nya manusia yg pernah memberi sedekah ke Wisnu, lalu Karna membuka jati dirinya sebagai kakak dari pandawa dan para pandawa lalu bersedih yg sangat mendalam karena dengan teganya membunuh kakaknya tsb dan mencemoohnya ketika dulu masih menjadi anak kusir kereta......inilah salah satu contoh kecil bahwa didalam angkara murka kurawa itu terdapat kebaikan yaitu Adipati Karna, Prabu Salya dan Resi Bisma, mereka gugur sebagai Senopati kurawa demi membela negaranya dan kesetiaannya bukan membela angkara murkanya kurawa"

Tono : "lalu apa contoh dari keburukan didalam kebaikan?"

Noto : "kan kamu sudah diwejang oleh ndoro Cakil to? itulah contohnya yg sudah dijelaskan oleh beliau"

Tono : "lalu apa maksud dari cerita kamu tentang Adipati Karna itu?

Noto : "maksudku adalah didalam kita berkehidupan maka tidaklah cukup kita hanya melihat itu sebagai hanya hitam dan putih, lihatlah secara lebih luas dari sekedar itu, didalam hitam ada putih dan didalam putih ada hitam seperti simbol yin-yang didalam kearifan tanah seberang. Kuakui kepercayaan dari Asia timur seperti China, Korea dan Jepang itu lebih obyektif memandang alam semesta dibanding agama2 dari timur tengah. Di agama2 samawi sering sekali dijelaskan antara perbedaan kebaikan dan keburukan, antara surga dan neraka dan kebanyakan hanya memandang dari satu sisi saja yaitu kebaikan saja, yang tidak baik maka nerakalah balasannya, tapi didalam kepercayaan Asia timur mengenal konsep yin-yang suatu simbol antara positif- negatif, baik-buruk yg keduanya terlibat tarian abadi alam semesta saling mengitari dan saling mendorong, ketika disisi putih mendorong sisi hitam maka disaat yg sama sisi hitam mendorong sisi putih di posisi sebaliknya dan itu terus menerus terjadi dan akhirnya lingkaran yin-yang itu berputar, itulah harmoni atau keseimbangan dari alam semesta, dan juga kalau kamu perhatikan didalam sisi putih terdapat titik hitam dan didalam sisi hitam terdapat titik putih, yang aku ajarkan kepadamu adalah bagaimana cara melihat titik putih didalam sisi hitam itu"

Tono : "lha terus apa gunanya itu, kalau menurutku kalau salah ya salah kalau benar ya benar itu aja gak usah macem2 ntar repot sendiri tahu rasa"

Noto : "lha inilah cara pandang yg selama ini masih perlu dibenahi, mengapa kebanyakan manusia masih terjebak dengan istilah benar-salah, baik-buruk, surga-neraka, kalau aku benar maka kamu salah, ini masih harus dibenahi, mengapa kita tidak melihat kedua sisi ini secara proporsional dalam arti keduanya hanya rekayasa Tuhan terhadap ciptaanNya supaya manusia itu bisa belajar dari keduanya bukan malah mencari pembenaran sepihak dari salah satunya, baik dan buruk itu keduanya adalah guru kehidupan kita, belajar kebaikan tentu saja dari ajaran Nabi, orang2 soleh sang penjaga kebaikan dan belajar kebaikan dari keburukan dari Iblis, ndoro Cakil dll sebagai penjaga keburukan, kalau kita belajar dari ajaran nabi maupun orang2 soleh itu sudah biasa, tapi belajar kebaikan dari keburukan Iblis itu baru luar biasa, saking luar biasanya sampai2 ada fatwa kafir dari sekelompok orang terhadap orang2 yg belajar kebaikan dari Iblis, kalau kita belajar kebaikan dari keburukan ndoro Cakil bukan berarti kita ikut2an menjadi jahat seperti ndoro Cakil, biarlah mereka mengikuti darma mereka sebagai penjaga keburukan yaitu sebagai pengetes keimanan manusia didalam berdarma kebaikan, kan ada salah satu ayat yg mengatakan "jangan sekali2 kamu merasa akan masuk surga sedangkan kamu belum diuji seperti orang2 terdahulu..." nah Iblis, ndoro Cakil dkk itulah yg menjadi "tangan2 Tuhan" didalam mengetes keimanan kita, kalau tidak dites darimana kita tahu bahwa kita telah benar2 lulus ujian?"

Tono : "kalau memang begitu darimana kita tahu kalau kita telah benar2 lulus ujian itu?"

Noto : "o iya ada salah satu contoh didalam agama Islam tentang yg aku bicarakan tadi, ketika nabi Ayyub as dulu pertama tama beliau itu adalah seorang yg soleh kaya raya lalu Allah mengetes keimanan beliau dengan memberi penyakit kudis yg sangat parah hingga menjalar keseluruh tubuh, karena penyakit itulah beliau kehilangan harta anak dan istri beliau lalu beliau menyepi kedalam gua, belakangan diketahui bahwa penyakit itu akibat guna2 dari setan yg merasuki tubuh sang nabi tsb, tapi karena kesabaran dan keikhlasan beliau dan menjadikan si setan itu sebagai "sparing partner" atau lawan tanding sekaligus sebagai partner didalam mengolah hati maka beliau bisa memenangkan pertarungan dengan si setan itu, itu karena beliau bisa melihat kehadiran si setan itu sebagai mitra didalam mengolah hati sekaligus lawannya, apabila pengaruh si setan itu sangat kuat maka beliau pun tidak mau kalah dan harus lebih kuat lagi didalam berserah diri kepadaNya, ini adalah sebaik baik cara pandang yg memandang keburukan dari dua sisi yaitu baik dan buruk, yang baik tetaplah baik dan yg buruk diambil hikmahnya supaya menjadi baik juga maka keduanya menjadi baik semua, atas kesabaran dan keikhlasan beliau menerima setan sebagai "mitranya" maka Allah memberi ganjaran mengembalikan harta, anak istrinya dan juga kesembuhan penyakit itu tentunya"

Noto : "coba bandingkan dengan cara pola pikir kamu yg hitam putih itu dijaman sekarang, apabila ada yg seperti itu merasa ada jin/setan yg membikin guna2 maka sesegera mungkin memanggil dukun untuk mengusir si jin itu atau denga tim ruq'yah untuk mengusir si jin itu juga, kalau itu terjadi pada nabi Ayyub as maka beliau hanya akan mendapat kesembuhan penyakitnya, sedangkan apa yg beliau lakukan maka beliau mendapatkan lebih dari sekedar kesembuhan penyakitnya yaitu ditambah kembalinya harta anak istri beliau ditambah lagi keimanan beliau semakin bertambah"

Tono : "lho memangnya gak boleh diruq'yah ketika kemasukan jin?"

Noto : "boleh2 saja kalau kesurupan atau dalam arti sangat mendesak, tapi tidak untuk semua kasus, bahkan Nabi SAW hanya sesekali mengajarkan ruq'yah dan semuanya tidak harus diruq'yah, cara yg terbaik ya seperti nabi Ayyub as itu"

Tono : "lha itukan nabi, kalau kita mana bisa seperti itu?"

Noto : "kalau itu perkataanmu maka apa gunanya menceritakan kisah teladan 25 nabi/rasul tapi tidak untuk diikuti dan diteladani akhlaknya, kita itu biasanya hanya mau meneladani yg enak2 saja seperti poligami, sedangkan pelajaran akhlak itu males untuk kita ikuti dengan alasan seperti alasanmu itu, cobalah untuk melihat keseluruhan nabi dan rasul itu secara menyeluruh tidak hanya fanatik pada seorang nabi thok dan melupakan yg lainnya karena semua nabi2 itu satu kesatuan tidak bisa berdiri sendiri dan inti pokok ajarannya sama yaitu tauhid dan akhlak mulia"

Tono : "iyaaa yaa....lalu apa inti dari pembicaraanmu ini buat aku tulis diblog?"

Noto : "simpel saja, belajarlah untuk melihat kebaikan didalam keburukan, kebaikan ndoro Cakil didalam keburukan perilakunya, karena ndoro Cakil itu tanpa kita sadari adalah sebagai guru yg sangat baik disisi keburukan didalam kita berdarma kebaikan. Penerapannya didalam mengolah hati adalah kita harus menjadikan segala penyakit hati kita seperti sombong, iri, dengki dsb sebagai lawan tanding yg seimbang dan kita harus tidak mau kalah dengan penyakit2 hati tsb lalu kita menandinginya dengan anti sombong, anti iri dan anti dengki, ini adalah salah satu metode didalam mengolah hati menuju keikhlasan"

Tono : "ooo gitu to"

Noto : "perlu aku tambahin sedikit, penyakit iri, sombong, dengki dsb itu adalah keburukan2 dari persepsi atau anggapan kita akibat dari kesalahan cara pandang kita kepada orang lain, karena itu persepsi buruk maka perlu dilawan juga dengan persepsi baik yaitu anti sombong, anti iri dan anti dengki, karena antara persepsi buruk dan persepsi baik saling bertarung adu kekuatan dan saling mengitari seperti lingkaran yin-yang maka lama2 akan mencapai titik seimbang dimana antara persepsi baik dan persepsi buruk mencapai jumlah yg sama dan kalau keduanya dijumlah menjadi nol atau seimbang maka kita menjadi nol terbebas dari segala persepsi baik-buruk, maka dari itu kita telah ikhlas dan mengatasi persepsi baik-buruk. Karena telah nol/ikhlas maka kita siap menerima segala keMaha Baikan dari Tuhan dan masuk ke Alif Lam Mim yg terbebas dari tarian baik-buruk hukum alam semesta, karena di Alif Lam Mim semuanya serba baik disisiNya"

blog comments powered by Disqus