Tuesday, December 22, 2009

Ngelmu Bejo ala Buto tamat



Sebenarnya ini masih bisa dibagi lagi kedalam beberapa artikel lagi, tapi supaya tidak terlalu ngalor ngidul dan lebih ringkas maka saya jadikan satu aja di bagian terakhir, semoga seri ngelmu bejo ala buto ini bermanfaat bagi para pembaca yg budiman sekaligus sebagai refleksi diri.

Tono : "nah kemarin kan kamu ngomongin tentang para koruptor itu yg tidak termsuk orang yg beruntung atau bejo, lalu apakah bisa bekerja diantara para rekan kantor yg suka korupsi itu dengan ngelmu bejo yg kamu sampaikan?"

Noto : "kalau pertanyaannya apakah bisa atau tidak ya jawabnya tentu bisa, yang jadi masalah adalah apakah kita mampu bertahan diantara para rekan yg suka korupsi tapi kita tidak ikutan korupsi, jangan2 kita ntar malah dikucilkan dan jadi musuh bersama"

Tono : "lha iya itu masalahnya, jaman sekarang ini wong jujur malah kojur, harusnya wong jujur malah mujur, ini kepiye Noot....kasih penyelesaian dong!"

Noto : "mari kita analisa sedikit mengenai ilmu sangkan paraning dumadi atau asal dari ilmu jadi/barang jadi, dumadi itu asalnya dari dzat Allah atau bisa juga kita sebut sang ADA, karena ada maka berkehendak/berkeinginan maka jadilah segala ciptaanNya, jadi kehendak itu melekat pada dzat Allah, tapi ini hanya konsep lho....sedangkan manusia adalah derivate atau turunan Tuhan di alam mayapada atau alam dunia ini, tentu saja segala sifat2 Tuhan yg baik indah tanpa batas itu menurun kedalam diri kita tapi bedanya yg ada didiri kita itu serba terbatas"

Tono : "jadi kalau korupsi itu karena turunan sifat2 Tuhan yg suka korupsi gitu...hihihihi...aya aya wae kamu ini"

Noto : "mosok Tuhan korupsi...kamu yg aya aya wae...maksud saya adalah mari kita jumenengake/mendirikan sifat2 Allah itu dengan cara menjadi pengawas bagi diri kita"

Tono : "what's the kamsud?"

Noto : "karena kehendak itu sifatnya abadi seperti perumpamaan tentang Tuhan tadi maka emonglah rasa ingin kita supaya rasa ingin kita itu selaras dengan kehendakNya, mengapa aku sebut keinginan/kehendak itu abadi? sejak jaman azali ketika Tuhan berfirman "kun" tentu saja bukan dalam bahasa arab...maka jadilah/fayakun ciptaanNya, sampai kita mati pun kita masih di naungi rasa ingin/kehendak yaitu ingin masuk surga, di surga pun kita juga diliputi keinginan2, dineraka juga penuh dengan keinginan2, hanya makhluk yg tidak bernyawa yg tidak punya keinginan"

Tono : "lalu apa maksud dari menjadi pengawas itu...kamu ini biasa, njelasin gitu aja pake acara muter2..!"

Noto : "karena kamu/aku hidup dan bernyawa maka kita punya ruh, nah ruh itulah yg menjadi pengawas keinginan kita, contohnya gini, kalo kamu makan lotek dan kepedasan maka siapakah yg merasa pedas?"

Tono : "lha iyo aku to Noot"

Noto : "aku siapa? aku kan Noto?"

Tono : "yo aku itu Tono, kan aku yg makan lotek"

noto : "berarti yg kepedasan kan Tono tapi aku kan tidak kepedasan to?"

Tono : "lah ini mesti ujung2nya mumeti, apa bedanya aku dan Tono atau Noto?"

Noto : "aku itu kamu, kamu itu aku, Noto itu aku, Tono itu aku, tapi aku bukan Noto karena ada aku2 yg lainnya, gampangnya gini, meja itu perabot rumah tangga tapi perabot rumah tangga bukan meja, jelas to?"

Tono : iyaa ya kan sudah kamu jelasin dulu to? walopun pake penalaran yg agak njlimet, intinya adalah predikat yg meliputi obyek to? lalu apa hubungannya?"

Noto : "nah aku itulah asal dari keinginan yg abadi itu, sifat keakuan itu boleh dan penting, tapi yg salah itu keakuan sepihak/memonopoli, kan tidak mungkin menyamaratakan semua perabot rumah tangga dengan meja......"

Tono : "naah mulai muter2 lagi...capee deeh"

Noto : "sabar dulu, dengan menyadari/mengetahui sangkan paran didiri kita maka kita menjadi "aku" didiri kita yaitu "aku" asal dari semua keinginan yg tidak berkeinginan, walaupun keinginan itu melekat di "aku" tapi "aku" bukanlah keinginan, asal dari keinginan itu ya dari "aku"...setiap "aku" tercerahkan oleh nur illahi maka keinginan itu menjadi selaras dengan kehendak Illahi, sedangkan apabila "aku" itu tercemar dengan kotoran2 dunia maka "aku" itu menjadi sepihak dan ngaku aku/sombong dan akibatnya keinginan2/kehendak2 itu hanya menuruti nafsu keinginan "aku" sepihak"

Tono : "jadi "aku" itu menjadi sumber keinginan to?"

Noto : "seperti penjelasanku tadi, memang agak sulit untuk dinalar, "aku" itu suci sebab menjadi sangkan paraning dumadi didiri kita, yg kotor itu "aku" ditataran kulit, perumpamaan yang pas mengenai "aku" itu adalah dalang yg memainkan wayang, yg mana wayang itu simbol dari dumadi atau barang jadi berupa sifat, watak dan perilaku, sedangkan dalang itu simbol dari "aku" ya bisa dikatakan ruh awal atau johar awal atau roh idofi, ini kalau kita pakai istilah tasawuf"

Tono : "lalu apakah dengan menjadi dalang itu kita bisa terbebas dari segala keinginan yang katamu itu bisa terkontaminasi dengan kotoran2 dunia?"

Noto : "seperti halnya dalang yg memainkan wayang sesuai pakemnya, maka si dalang ini menjadi penengah atau menyaksikan sisi baik dan sisi buruk saling berperang, dengan menyaksikan perang didiri kita itu maka kita bisa menentukan yg terbaik, karena seperti halnya kisah pewayangan Bharatayudha bahwa yg buruk tidak sepenuhnya buruk dan yg baik tidak sepenuhnya baik, inilah mawas diri yaitu melihat kedalam untuk melihat keluar"

Tono : "jadi si dalang ini tidak memihak yg baik dan buruk to hanya menjadi penengah?"

Noto : "dengan menjadi dalang maka kita bisa melihat Noto yg penuh sesal karena perbuatannya di masa lalu, sesal itu adalah takut dengan pengalaman dimasa lalu sedangkan kuatir itu takut dengan pengalaman yg akan dialaminya di masa mendatang...Noto menyesal bahwa dulu begini begitu, coba kalau dulu begitu begini maka hasilnya akan lain, Noto kuatir kalau ntar di masa mendatang akan begini begitu, nah yg menyesal dan kuatir itu Noto tapi "aku" tidak sama sekali, karena "aku" itu yg menyaksikan/mengawasi Noto yg kuatir/menyesal, dengan menyaksikan maka "aku" bisa mengontrol rasa sesal-kuatir, susah-senang, dan keinginan2 supaya semuanya bisa diemong agar tidak berlebihan dan berlarut larut"

Tono : "iyaya jadi maksudmu dengan menjadikan "aku" sebagai pengawas maka akan menjadikan kita bisa jujur mujur didalam lingkungan yg suka korupsi gitu, kalau kita menjadi musuh bersama dan ujung2nya difitnah dipecat apa ya malah jadi kojur to?"

Noto : "apa sih bedanya diterima dan dipecat? kalau diterima kerja disebuah perusahaan bonafit maka senangnya akan sebentar setelah itu akan susah sebab dituntut kerja profesional dengan deadline ketat, salah sedikit bisa dimarahi boss, setelah dipecat maka akan susah juga karena menganggur tapi bisa senang juga karena ndak ada yg memarahi, baik diterima atau dipecat tetap rasanya sama yaitu senang sebentar dan susah sebentar, demikian pula ketika bekerja di perusahaan kecil yg tidak membutuhkan deadline ketat, senang ketika bekerja tapi setelah bekerja dan mendapat gaji kecil maka ya susah juga ujungnya karena tidak cukup memenuhi kebutuhan sehari hari"

Tono : "lalu dimanakah letak ngelmu bejonya.....apakah dengan begini aku bisa mendapat rejeki nomplok terus? hihihi..."

Noto : "bejonya adalah kita bisa mengendalikan rasa susah-senang, sesal-kuatir dan segala keinginan2, dengan mengendalikannya maka semua rasa2 itu hanya sampai dipermukaan tidak mengikat didalam, aplikasinya adalah, senang tidak berlebih, susah tidak terlalu dalam, sesal-kuatir hanya sebentar, keinginan2 yg kurang berguna hanya sesaat, karena semua rasa2 itu hanya sesaat maka yg tidak sesaat adalah kebahagiaan sejati dan ketabahan sejati, kebahagiaan dan ketabahan yg sejati inilah yg mendominasi segala rasa2 kita, selain itu hanya berlangsung dikulit, inilah yg aku maksud dengan "ngelmu bejo" selalu merasa beruntung, selalu bahagia dan selalu tabah"

Tono : "hihihi...lalu rejeki nomploknya dimanaaa...hihihihi"

Noto : "kamu kalau bisa begini akan mendapat rejeki terus2an, tidak hanya nomplok sesaat setelah itu susah lagi, coba misalkan kamu mendapat rejeki nomplok duit satu milyar...setelah kamu mendapatkannnya maka kamu senang sesaat setelah itu susah dan kuatir jangan2 ntar dirampok, kalau mau disimpen di bank juga tidak semudah itu harus pakai rekening ini menulis surat pernyataan itu dll karena jumlahnya terlalu besar, atau mendapat rejeki nomplok yaa kira2 50 jutaan, senang sebentar karena mendapatkan rejeki nomplok setelah itu susah mau buat apa duit itu?, mau buka usaha apa? setelah buka usaha apa ya lancar2 saja? atau jangan2 malah bangkrut....nah dengan ngelmu bejo segala rasa sesal-kuatir, susah-senang itu akan terkendali oleh "aku" yg mengawasi sebagai benih pengetahuan dari segala keinginan, dalam arti lain bisa melihat di kejernihan pikiran/hati disetiap kondisi dan situasi"

Tono : "hihihi...jadi bejo yg dimaksud ndak ada hubungannya dengan rejeki nomplok yah...hhhmm..sayang sekali padahal pingin juga dapet rejeki nomplok biar bisa buat beli Core i9 itu lhoo...hihihihi"

Noto : "kamu akan mendapatkan keinginanmu itu setelah kamu tidak menginginkannya, karena kamu merasa sudah tidak butuh itu lagi maka dengan sendirinya kamu akan menjaga atau memakai benda itu dengan seperlunya, sebutuhnya dan sebaik baiknya atau dengan kata lain secara amanah...contohnya, pernah gak kalau kita mencari cari barang yg kita butuhkan itu ilang malah tidak ketemu, tapi akan ketemu dengan sendirinya ketika kita tidak butuh barang itu lagi tanpa kita cari...ya itulah analoginya"

Tono : "huuuh...tega nian sih ketika dicari eeh...ndak ketemu, begitu ndak dicari malah ketemu sendiri....ah dunia ini memang tidak adil"

Noto : "makanya kalau nyari barang ndak usah dicari, dengan tidak mencarinya maka kamu bisa melihat dikebeningan ingatanmu, kalau ribut nyari2 malah pikiranmu jadi kalut to?....hihihi"

Tono : "lalu apa kesimpulannya ndoro buto..eh..mas Noto sing ganteng dhewe?"

Noto : "dengan mengawasi keinginan maka kita akan mencapai surga ketentraman, tabah sejati, dan bahagia sejati yaitu mulat sarira sari rasa tunggal hangrasa wani, mulat sarira itu melihat semuanya baik, sarirasa tunggal itu semuanya sama/satu, hangrasa wani itu berani di segala kondisi/situasi, berani kaya/miskin, berani sehat/sakit, berani diterima/dipecat dll....dengan menjadi "aku" pengawas segala rasa2 itu maka kita menjadi dalang sejati bagi diri kita, dalang yg terbebas segala rasa susah-senang sesaat, sesal-kuatir dan dalang yg mengontrol keinginan2 kurang berguna"

Tono : "aku tambahin...berani bohong, berani korupsi, berani merampok...huahahahahaha..butooo dilawan"

Noto : "segala sifat2 itu kalau dilihat dikejernihan hati/pikiran maka akan terlihat membawa dampak lebih buruk, daripada menyesal dikemudian hari mending tidak usah korupsi, tidak usah bohong dan tidak usah merampok"

blog comments powered by Disqus