Saturday, September 26, 2009

Transformasi Diri



Suatu hari Tono sedang melamun, membayangkan dirinya dulu ditolak oleh Ngatemi dan menyesalinya, mengapa dia waktu itu dia grusa grusu menyatakan cintanya ke Ngatemi dengan rayuan yg aneh pula, seharusnya dia konsultasi dulu ke Noto apa yg harus dia katakan ke Ngatemi. Tidak hanya penolakan cintanya oleh Ngatemi yg disesalkan Tono, tapi karena Ngatemi pergi ke Jakarta tanpa pamit ke dirinya maupun Noto, menurut pak Pono bapaknya Ngatemi, anaknya dibawa orang tak dikenal dan diiming imingi main film, entah film apa tapi yg membuat pak Pono ikhlas melepas kepergian Ngatemi adalah keinginan Ngatemi yg menggebu gebu ingin segera merubah nasib dirinya yg pas2an untuk lebih baik "yo wis lah mungkin Ngatemi bukan jodoh buat kalian berdua, yaaa bapak cuman bisa mendoakan semoga anakku bisa lebih baik lagi di ibukota dan tidak ikut pergaulan bebas disana, lagipula disana kan ada buliknya" begitu kata pak Pono ketika dirinya bersama Noto mendatangi rumah pak Pono untuk bersilaturahmi habis lebaran.


Dengan ditemani rokok A Mild kesukaannya Tono tampak asyik melamun dengan sesekali memakan keripik singkong, begitu menikmati lamunannya Tono pun hampir terjatuh dari kursi rotan di teras rumahnya karena ngantuk "bajingaaan" umpat Tono sambil kaget, Tono pun segera tersadar dengan apa yg telah diucapkannya "uh...habis lebaran masa mau buat dosa lagi sih...ayooo Tonooo sadaaar" ujar Tono kepada dirinya sendiri. Ketika itu Noto tampak terburu buru dari warung sebelah lalu pulang kerumah, ada apa gerangan? begitu pikir Tono "eh Noto ngapain kamu buru buru dari warung" tanya Tono "be'ol" jawab Noto singkat sambil langsung menuju ke WC, Tono geli juga melihat tingkah Noto yg tidak seperti biasanya, walau bagaimanapun juga Noto itu juga manusia biasa kadang bisa bertingkah konyol, "ehemmm...rasain loe emang enak ketika sedang asyik2 makan tiba2 perut mules...hihihihi...dasar Notooo" gumam Tono merasa puas melihat saudaranya bertingkah aneh.


Tak lama kemudian Noto keluar dari WC lalu mendekati Tono yg menahan tawa sambil memandang Noto "puaaaasss, udah mbayar belum jangan2 kabur duluan" ujar Tono, Noto sambil membetulkan celana pendeknya menjawab "udaah dong brader" sambil menirukan gaya Tono, terkejut Tono mendengar jawaban Noto yg menirukan dirinya lalu menimpali "eeeeh...itukan gaya gue banget....dah ah...jangan tiru2...awas loe" lalu Noto duduk disebelah Tono, keduanya pun tampak akrab kembali, setelah beberapa lama keduanya terlibat cinta segitiga dengan Ngatemi, setelah Ngatemi pergi, Tono pun mulai mengakrabi Noto kembali, walau bagaimanapun juga kembar identik itu sulit dipisahkan. Tak lama kemudian Tono mengawali pembicaraan diantara keduanya "Noto, apakah kamu sedih ditinggal Ngatemi?, terus terang aku sedih banget dan sampai saat ini aku masih terbayang bayang wajahnya", mendengar ucapan Tono, Noto tampak memejamkan matanya menandakan kesedihan yg mendalam juga, lalu Noto membuka matanya dan memandang Tono "aku juga sedih sama seperti kamu, tapi ya sudahlah emang itu pilihan dia dan kita tidak bisa memaksakan kehendak untuk memilih salah satu diantara kita", "iya mengapa dia tidak pamitan ke kita, sedangkan dia tahu bahwa kita sangat mencintai dirinya, ngapain juga ke Jakarta disana sudah penuh sesak dengan manusia mendingan disini, tenang dan damai" Tono tampak setengah protes kepada Noto walaupun itu bukan kesalahannya.


Setelah lama keduanya terdiam lalu Noto mencoba menghibur Tono "sudahlah Tono, mungkin dia malu karena telah berbohong kepada kita soal pertunangannya dengan orang dikampung sebelah, tapi yg terpenting adalah kita bisa mengambil hikmah dari ini semua, niat Ngatemi itu baik yaitu hijrah dari keadaan yg kurang baik ke keadaan yg lebih baik, soal apakah nanti lebih baik atau tidak itu urusan nanti yang penting sudah usaha semaksimal mungkin dan berdoa". Mendengar perkataan Noto, Tono masih juga terdiam seolah tidak mengacuhkan, lalu Noto melanjutkan ucapannya yg tadi "bagi Ngatemi hijrah itu pindah dari desa ke kota, tapi bagi kita hijrah itu pindah dari kesadaran yang penuh amarah dan kebencian ke kesadaran yg penuh cahaya kasih sayang dan ketenangan, sudah siapkah kita untuk itu?" Tono tampak mulai terusik dengan pertanyaan Noto, lalu malah balik tanya "kamu lihat sendiri kan aku itu orangnya bagaimana, bagaimanapun juga aku merasa selalu kalah dibandingkan kamu, aku ini bodoh, ngeyel, ndableg dan doyan makan pula sedangkan kamu ini pintar, sopan dan bisa mengendalikan diri sendiri, kita itu bagaikan bumi dan langit, apakah mungkin aku bisa seperti kamu?" sambil menyeka air mata Tono, Noto lalu menjawab pelan "tidak ada yang tidak mungkin Tono, kalau kamu menyadari akan kekurangan kamu maka kamu telah memiliki kelebihan tersendiri, ingat kita itu kembar identik itu melambangkan bahwa kita itu sama, janganlah kamu iri kepadaku karena aku adalah engkau dan engkau adalah aku, tidak ada lagi Noto dan Tono yang ada kita, inilah kebersamaan".


Noto mengambil rokok yang ada ditangan kiri Tono lalu menghisapnya dalam dalam, Tono hanya diam saja sambil melongo melihat tingkah Noto yg yg tidak biasa, bahkan Noto lah yang sering menasehati dirinya untuk berhenti merokok, tapi rupanya Noto juga merokok "kamu heran yah melihat aku merokok, itu tandanya kita itu sama, kesukaan kita sama, bahkan ilmu kita sama, cuma yang membedakan adalah ego kita yg berbeda, setiap saat aku selalu ingin kamu juga seperti aku yang kamu katakan pandai dan bisa mengendalikan diri, aku selalu berdoa kepada Allah agar kamu bisa sama seperti aku tanpa aku merasa tersaingi oleh kamu" dengan sedikit antusias Tono lalu bertanya "bagaimana caranya aku bisa pandai seperti kamu, wong nyatanya kita itu beda, beda tubuh, dan beda sifat pula, aku ini manusia biasa sedangkan kamu ini seperti bukan manusia bisa datang dan pergi secepat kilat, kamu ini penuh anugerah sedangkan aku penuh derita, apa aku bisa seperti kamu?" Tono tampak menangis menyesali nasib dirinya yg merasa sial terus, dirinya merasa selalu menjadi manusia yg paling sial dan rendah bila melihat saudaranya itu yg bisa mengatasi semua masalah sedangkan dirinya tidak, selalu berujung kepada keputus asaan. Sebelum Noto menjawab pertanyaan Tono, dia menunggu Tono memuaskan kesedihannya dulu serta untuk supaya hati Tono agak sedikit tenang.


Beberapa menit kemudian Tono mulai berhenti menangis, dan Noto mulai menjawab pertanyaannya "Tono, ingatlah bahwasanya aku ini adalah cerminan dari dirimu yang terbaik yang ada disisiNya, maka dari itu namaku adalah Noto kebalikan dari namamu Tono, maksud dari nama kita adalah Tono itu harus berani Noto atau menata atau juga memimpin atas diri sendiri, ingat pembicaraan kita di angkringan pak Pono beberapa waktu lalu, jadilah pemenang atas diri sendiri dari ego yang keapian dan menuju ego yang bercahaya, segala ego yang penuh benci, kesombongan dan dendam itu adalah watak dari ego yang keapian, sedangkan ego yang penuh kasih sayang, rendah hati dan menghargai satu sama lain adalah ego yang penuh cahaya dan insya Allah akan segera diakui olehNya, segala pelajaran serta nasehatku kepadamu tentang air, api, tanah, bajingan, kelapa, teh, serta pohon Jatikluwih yang kesemuanya adalah makhluk Allah, apakah kita mau membaca keberadaan mereka dengan kacamata baca yang Qur'ani, kalau kita bisa membaca semua ciptaan Allah dengan kacamata baca yang Qur'ani maka kita semakin dekat dengan ridhoNya, kasih sayangNya, cahayaNya serta keakuan kita diakui olehNya sehingga kita terbebas dari watak2 keapian, yang kesemuanya itu harus dilalui secara bertahap bagaikan air mengalir, tidak usah tergesa gesa yang pada akhirnya akan bermuara ke lautan kasih sayang Allah yang tanpa batas, itulah transformasi diri. Maka dari itu sadari dan syukurilah kemampuan kita membaca ciptaan Allah, sesungguhnya Allah dibalik semua ciptaannya, karena wujud Allah itu maha ghaib maka kita cukup sampai pada merasakan pancaran cahayaNya, apabila kita bisa merasakan cahayaNya disetiap ciptaanNya maka kita telah berdzikir bersama alam semesta ciptaanNya".


"Lalu apakah aku bisa memiliki kemampuan seperti kamu bisa pergi kemana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu" Tanya Tono, "tentu saja bisa tapi bukan itu tujuan dari transformasi diri menuju yg batin, tujuan kita adalah Allah, biarlah Dia yang menentukan apa yang terbaik buat kita karena Dia Maha Tahu dan Maha Benar, sedangkan kelebihan kelebihan yang didapat hanya bonus, maksud dari semua ini adalah untuk mencapai rukun ikhsan yaitu semua karena Allah, Allah berkenan menjadi mata, telinga, tangan, kaki dan semua indera kita, apabila kita mencapi itu maka bagaikan orgasme secara terus menerus yaitu orgasme spiritual, kenikmatan orgasme spiritual jauh lebih nikmat dibanding orgasme hubungan sex, hanya orang2 yang mencapai tahap makrifatlah yg tahu nikmatnya" dengan semangat Noto menjawab pertanyaan Tono, tapi Tono tampak tidak puas dengan ucapan Noto pada kalimat terakhir "emang kamu sudah mencapai tahapan makrifat, tahu2nya orgasme spiritual, aku aja baru denger tuh, emang ada?" Noto lalu menggeleng kepalanya dan berkata "terus terang aku atau kita masih jauh dari makrifat Allah, tapi kalau kita terus bertransformasi diri untuk menuju yang lebih baik, yaitu secara terus menerus membersihkan kotoran kotoran hati maka hal itu sangatlah mungkin dengan ridho Allah tentunya, sebagai gambaran adanya orgasme spiritual adalah, kelak disurga kita akan mempunyai bidadari sebanyak 70.000 dan kita bisa mensetubuhi mereka sekaligus dan terus menerus tanpa henti apabila kita inginkan dan tidak capek, seseorang demi mendapatkan satu orgasme saja rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk pelacur kelas atas, sedangkan yang kenikmatannya ibarat 70.000 kali akan kita dapatkan gratis apabila kita sudah mencapai tahapan makrifat, tentu saja ini bukan gambaran yang sebenarnya, bahkan kenyataannya bisa lebih nikmat dari gambaran 70.000 kali, hanya Allah yang tahu" Tono hanya manggut manggut mendengar penjelasan Noto.


Kini hatinya mulai terbuka sedikit bahwa kengeyelan serta sifat ndableg dan tidak mau kalah dengan saudaranya itu malah akan semakin menjauhkan dirinya dengan ridho Allah, dirinya merasa semakin bodoh saja, mengapa dari dulu dia tidak mau mendengar segala nasehat Noto yang jelas2 sangat sayang terhadap dirinya, maka mulai detik ini Tono menancapkan tekad untuk berubah dengan cara tawaduk terhadap segala ciptaanNya serta membersihkan hati terus menerus, lalu Noto melanjutkan nasehatnya "Tono, aku juga belajar banyak darimu, kamu ini bisa merasakan kekurangan diri sendiri yang bahkan aku sendiri belum tentu bisa kalau menjadi kamu, kamu ini sungguh hebat tapi kamu bisa lebih hebat apabila terus bertransformasi diri, karena tidak ada aku atau kamu maka segala kelebihan dan kekurangan adalah milik kita dan kita adalah satu, satu hati, satu tujuan, walaupun tubuh berbeda dan tahap akhir dari transformasi diri adalah satu ibarat pelangi memiliki tujuh warna yg berbeda tapi pelangi tetaplah satu kesatuan".

blog comments powered by Disqus