Friday, October 23, 2009

Terjemahan Serat Wedhatama Sinom 1



Karena ini adalah pupuh Sinom maka saya akan menggunakan wayangan Ngatemi sebagai tokoh utama disamping Noto dan Tono, maka nikmatilah dialog khas anak muda yang santai tapi serius.

Selepas maghrib Ngatemi nampak menangis dikamarnya karena habis dimarahi Pak Pono bapaknya, terang saja Pak Pono marah karena anak semata wayangnya mau diajak orang tak dikenal untuk pelesir ke Jakarta untuk dijanjikan pekerjaan tapi malah tidak jadi, tampak penyesalan di diri Ngatemi karena mudah tergoda oleh rayuan sesorang yg baru dikenalnya, semua itu dilakukan dirinya karena tergoda oleh banyaknya duit yang akan diterimanya seperti cerita orang2 kampung sebelah yg sukses merantau ke Jakarta. Terdengar HP nya berdering tanda ada SMS masuk, Ngatemi pun bergegas membuka isi pesan singkat yg baru masuk itu, tampaknya datang dari Noto, isi pesan itu adalah "Dik Ngatemi sy tgg di pos ronda ma tono....cptan..." sebenarnya Ngatemi malas ketemu mereka berdua karena malu disamping telah menolak cinta mereka tapi juga karena kepergiannya di Jakarta tanpa pamit, tapi apa mau dikata daripada dirumah suntuk dan bapaknya masih memasang tampang galak maka Ngatemi pun diam2 pergi meninggalkan rumah menuju pos ronda di pertigaan jalan.

Sesampai di pos ronda Ngatemi melihat Tono dan Noto yg tampak sedang menunggu kedatangannya, Noto dengan baju lengan panjang kotak2 dan memakai sarung berwarna merah sedangkan Tono hanya memakai kaos oblong celana pendek, "monggo dik Ngatemi silahkan duduk" kata Noto sambil memberi ruang untuk tempat duduk Ngatemi, tampaknya Ngatemi memilih duduk disebelah Noto ketimbang duduk diantara kedua pemuda kembar tsb, rupanya dia masih marah kepada Tono atas perlakuannya yg tidak senonoh kepada dirinya tempo hari, melihat gelagat tersebut maka Noto berusaha menenangkan Ngatemi sambil berujar "sudahlah dik...Tono sudah menyesal kok dengan apa yg dilakukannya tempo hari, tolong maafin Tono ya dik" Ngatemi pun hanya mengangguk pelan, sebenarnya dia sudah memaafkan Tono jauh2 hari mengingat kelakuan Tono yg sableng tapi lucu juga kadangkala menghibur dirinya. Ngatemi pun bertanya "sebenernya ada apa sih kok mas Noto pake SMS saya segala, ada yg penting yach..? sebelum dijawab oleh Noto, Tono pun ikutan menimpali "iya nih ada apa sih brat...gangguin orang lagi ngegame aja..." buru2 Noto berusaha menenangkan kedua sahabatnya itu "tenang kawan kawan....tenangkan hati kalian, kita disini untuk menghibur dik Ngatemi yg baru saja dimarahin bapaknya" Ngatemi tampak kaget bercampur malu ketika Noto tahu dirinya habis dimarahin bapaknya, Noto pun menyambung ucapannya "dik Ngatemi pandai nyanyi kan? coba dik Ngatemi membaca bait2 Wedhatama ini supaya hatinya tenang...o ya ditembangkan yg keras yah supaya saya dan Tono bisa mendengar suara merdu dik Ngatemi" Noto lalu menyodorkan secarik kertas berisi tulisan bait2 Wedhatama. "iihh apaan sich kok disuruh nembang segala...iya sih aku pernah juara karaoke se RT tapi kalo tembang jawa mah ogaaah..." kata Ngatemi setengah protes, "sudah baca aja yg keras...ini juga demi kebaikan dik Ngatemi sendiri" kata Noto sedikit memaksa, melihat tampang Noto yg serius Ngatemi pun akhirnya nurut juga, diambilnya kertas itu lalu diam sejenak mengingat ingat irama dari Sinom yg dipelajarinya waktu SD dulu.

01
Nulada laku utama
Tumrape wong Tanah jawi,
Wong agung ing Ngeksiganda,
Panembahan Senopati,
Kepati amarsudi,
Sudane hawa lan nepsu,
Pinepsu tapa brata,
Tanapi ing siyang ratri,
Amamangun karyenak tyasing sesama.



"Cukup dik Ngatemi, sampai bait 1 saja ntar kepanjangan" Noto memotong tembang yg dibawakan Ngatemi dan segera mengakhiri tembangannya, rupanya Tono mendengarkan dengan seksama bait yg didendangkan Ngatemi tapi dari sisi yg berbeda, bagi Tono suara Ngatemi si juara karaoke se RT itu terdengar mendayu dayu dan mendesah desah mirip penyanyi dangdut yg menggairahkan, maklumlah otak Tono memang penuh dengan hal2 cabul. Noto tampak merenung sejenak mencari inspirasi untuk menterjemahkan bait yg ditembangkan Ngatemi, lalu dia mulai berujar "mari kita pelajari bait agung warisan leluhur kita untuk kita jadikan pelajaran sebagai orang muda supaya bisa bertransformasi menjadi lebih baik, nah dimulai dari bait pertama.....mari kita mencontoh perilaku yg baik dan utama (nulada laku utama) bagi orang jawa atau nusantara (tumrape wong tanah jawi) yaitu orang yg besar dan terhormat di Mataram (wong agung ing Ngeksiganda) adalah Panembahan Senapati yang tekun didalam hal mengurangi dan mengendalikan hawa nafsu (kepati amarsudi, sudane hawa lan nepsu) dengan jalan prihatin dan bertapa (pinepsu tapa brata) di siang maupun malam (tanapi ing siyang ratri) juga selalu berkarya membuat hati tenteram bagi sesama dengan kasih sayang (amamangun karyenak tyasing sesama)".

"Duuuh mas Noto kok pinteer sih, saya ajarin dong..." ujar Ngatemi memotong penjelasan Noto, Ngatemi tampak kagum dengan kepandaian Noto menterjemahkan bait2 yg berisikan kosakata jawa kuno tsb, rupanya bukan Noto yg tersanjung melainkan si sableng Tono yg merasa tersanjung "eheemmm...siapa dulu dong kembarannya...Tonooo gitu looh" lalu Ngatemi pun protes "yeee...kalo mas Tono mah ogah, makan diwarung bapak aja ngutang mlulu, abis itu gak bayar lagi...ih sebel" kata Ngatemi sambil cemberut, dan Tono tampak kegirangan melihat raut muka Ngatemi yg terlihat semakin cantik ketika cemberut, memang tujuan dia pura2 tersanjung adalah menggoda Ngatemi dan kali ini godaannya berhasil, dengan muka yg kegirangan Tono berkata sambil cekikikan "hihihihi....ayo brat dilanjut supaya pujaan hati kita seneng....walaupun kalo cemberut dik Ngatemi tambah cuaantik...tuh liat betul kan" sebenarnya Noto pingin juga ikut menggoda Ngatemi tapi berhubung si cantik ini sedang cemberut maka urung dilakukannya takut kalo ntar tambah marah 'sudah...sudah...heheheheh...dik Ngatemi memang tambah cantik deh kalo cemberut tapi jangan marah yaa...si Tono cuman bercanda kok....ya udah saya lanjutin.....Panembahan Senopati adalah raja pertama Mataram Islam yang bergelar Panembahan Senopati ing alaga Ngabdurrahman khalifatullah sayyidin panatagama, dilihat dari gelarnya maka beliau itu sudah bisa menjadi pemenang atas diri sendiri dari ego kepemilikan pribadi yg diakui secara sepihak dan bermandikan cahaya Nur Allah yg penuh Rahman dan Rahim maka berhak menjadi khalifah dibumi ini dalam arti sudah menjadi wakil Tuhan didalam menata agama dan negara".

"Ketika kita menjadi pemenang atas diri sendiri maka kita akan menggunakan nafsu muthmainah kita sebagai pemimpin dari segala nafsu kita, lalu apakah nafsu muthmainah itu? nafsu yg ingin selalu dekat kepadaNya, hanya nafsu muthmainah yg mendengar panggilanNya sedangkan nafsu2 lainnya hanya sibuk mengurusi keduniaan, maka apabila anggapan bahwa panggilan itu hanya berlaku untuk umat Muhammad itu benar separo, benar dalam arti umat muhammad itu umat yg terpuji atau umat yg menjunjung tinggi akhlak mulia serta mempraktekannya didalam kehidupannya sehari hari apapun dien atau agama yg dianutnya, salah apabila umat muhammad itu diartikan sebagai hanya umatnya Nabi Muhammad SAW karena yg berperilaku terpuji itu tidak hanya umat Nabi SAW tapi juga umat nabi2 lainnya, sedangkan umat nabi SAW juga banyak yg bermoral bejat maka itu tidaklah mendengar panggilanNya" lalu Noto menghentikan penjelasannya sejenak melihat Ngatemi yg sedang menatap kearahnya sedangkan Tono tampak asyik menatap Ngatemi dan mengagumi kecantikannya sambil pikirannya melayang layang tidak karuan.

"Lanjutin dong mas Noto.." Ngatemi tampak antusias, melihat ketertarikan Ngatemi terhadap pemaparannya, Noto pun semakin bersemangat dan sumringah "ok dik...bait ini sebenarnya tidaklah bertujuan menyanjung pribadi Panembahan Senapati tapi mari kita mencontoh beliau dalam olah rahsa atau olah hati yg paling dalam dan dimulai dari mengosongkan diri dari sifat kesombongan dan juga penyakit2 hati lainnya, apabila kita bisa mengosongkan hati dari hal2 yg bersifat keduniaan dan penyakitnya maka kita akan bisa mendengar suara guru sejati atau cerminan diri kita yg terbaik dari nur Muhammad yg dipantulkan oleh cermin yg sangat bening atau rahsa sejati, setiap orang punya bentuk rahsa sejati yg berbeda beda sesuai dengan karakternya tapi pada hakekatnya sama yaitu bening tanpa cela dan noda, guru sejati inilah cerminan sebaik baik diri kita yg akan menjadi teladan pribadi untuk kita contoh dan ikuti, tapi tentu saja bagi yg percaya. Apabila kita bisa mengikuti apa kehendak guru sejati maka diri kita akan bersatu dengan guru sejati dan menjadi diri sejati dan siap untuk diperkenankan oleh Allah untuk menjadi mata, telinga, tangan, dan seluruh indera kita atau rukun ikhsan, maka inilah khalifah yg sesungguhnya yg tanpa pengakuan tapi sudah diakui olehNya".

"Khalifah Allah inilah yg berhak menjadi pemimpin atas agama dan masyarakat, pemimpin atas agama bisa berarti ulama, syarat2 syar'i menjadi ulama yg berupa hafal Qur'an beserta sekian hadits serta mengetahui bahasa arab tidaklah cukup, karena bisa jadi iblis lebih mengetahui Qur'an dan hadits serta lebih fasih berbahasa arab ketimbang ulama tapi iblis bukan ulama malahan menjadi musuh kita yg nyata sifatnya, maka dari itu kebeningan hati serta terbebasnya diri dari segala kepentingan duniawi menjadi syarat mutlak bagi ulama supaya fatwa2 yg dikeluarkan tidak terkotori nafsu2nya sendiri dan sayangnya tidak semua ulama terbebas dari kotoran2 hati dan dunia, bagaimana mau menghasilkan fatwa yg benar kalau petunjuk Allah terhalang oleh kekotoran hatinya sendiri, ini hanya analogi sederhana bagaimana pentingnya menjaga dan membersihkan hati secara terus menerus. Begitu pula analogi bagi pemimpin masyarakat yg benar atau pamong praja, pamong itu sifatnya ngemong atau melayani, sebenarnya tidak tepat kalau pemimpin itu istilahnya pemerintah karena kesannya hanya bisa perintah sana sini tanpa memberi solusi sedangkan pamong itu disamping melayani juga bawahan dari masyarakat yg dipimpin itu sendiri, pengabdian kepada rakyat bagi pamong adalah nomer satu, sedangkan pamrih atau imbalan menjadi nomer sekian (sepi ing pamrih rame ing gawe). Sedangkan bagi pemimpin masyarakat yg salah adalah pangreh praja, pangreh itu hanya sebagai penguasa tanah atau feodal sedangkan rakyat hanya menjadi budak dari majikan tanah, maka segala kebijakan hanya mengacu pada kesejahteraan si tuan tanah sedangkan kesejahteraan rakyatnya nomer buncit, tapi diatas itu semua yg paling berbahaya adalah bersatunya ulama dan umara didalam menghisab rakyatnya dengan cara mengeluarkan fatwa2 penuh nafsu dunia dengan disertai dalil2 penguat dalam rangka politis untuk menguatkan kekuasaannya, memeras harta rakyat dan membelenggu kemerdekaan hak asasi rakyatnya supaya kemerdekaan berpikirnya bisa dibatasi semaksimal mungkin".

"Lalu bagaimana dong mas Noto supaya kita bisa menjadi pemenang atas diri sendiri....jangan sampai deh yg disebutin mas Noto terakhir itu terjadi di negeri kita...hiii...ngeriii" tanya Ngatemi sambil bergidik ketakutan, Noto tampak menghela nafas tanda penyesalan lalu menatap kearah Ngatemi dan Tono lalu melanjutkan penjelasannya "pertanyaan bagus dik Ngatemi, sayangnya yg terakhir itu sebagian sudah terjadi di negeri kita ini, semoga saja tidak semakin parah...tapi saya masih optimis bahwa suatu saat nanti kita akan bertransformasi ke arah lebih baik, dengan cara menjadi pemenang atas diri sendiri dan caranya adalah laku prihatin topo ngrame atau bekerja tanpa pamrih membantu orang lain dengan segenap keikhlasan dan rasa syukur kita, karena bertapa digunung atau di gua sudah tidak lazim lagi maka topo ngrame itulah solusi yg terbaik. Apabila kita ikhlas maka segala kepemilikan kta sudah kita pasrahkan kepada Allah dalam arti rasa miliknya, ketika kita berhasil mencapai "tidak punya rasa punya" maka segala langka dan perbuatan kita akan serasa ringan tanpa beban, kita akan menjadi manusia yg ringan tangan atau gemar menolong orang lain tanpa pamrih dan lakukanlah semua itu dengan penuh rasa syukur apapun hasil yg kita peroleh, syukur2 kita laku topo ngrame itu disertai puasa Dawud maka hikmah yg akan kita capai adalah sabar dan syukur disegala kondisi dan situasi serta gemar menolong terhadap orang lain tanpa pamrih".

"Dan jangan lupa kalau kita melakukan topo ngrame itu lakukanlah kapanpun baik siang maupun malam maka nafsu kita akan terkendalikan seperti makan secukupnya tidak berlebih, serta membatasi diri dari perbuatan2 yg kurang berguna seperti melihat sinetron atau infotainment di tivi serta bagi kamu Tono jangan kebanyakan main game hingga lupa sholat" merasa tersindir Ngatemi pun tersipu malu, maklumlah dirinya penggemar sinetron striping atau yg tayang tiap hari dan juga selalu mengikuti berita2 selebriti, sedangkan Tono adalah pecandu game, apabila main game bisa lupa hari tidak hanya lupa jam, tapi dasar Tono tetaplah Tono yg dulu, memang niat untuk berubah ada tapi tidak diiringi dengan perbuatan jadi niat tinggalah hanya niat saja. Noto memang sengaja menyindir kedua sahabatnya itu bukan karena dirinya merasa lebih baik tapi lantaran sangat sayang terlebih kepada Tono, sedangkan kepada Ngatemi hanya sebatas sahabat walaupun dirinya masih mencintai Ngatemi tapi karena sudah ditolak secara halus maka dia tidak ingin memaksa dan memilih membebaskan cinta Ngatemi kepada siapapun yg dia cintai karena Noto punya prinsip bahwa cinta itu membebaskan.

Setelah berhenti sejenak lalu Noto melanjutkan penjelasannya kembali "apabila kita sudah melakukan hal2 tersebut maka kasih sayang Allah dalam hal ini adalah Rahman dan RahimNya akan memancar kepada kita untuk kita pantulkan kepada sesama dalam bentuk perbuatan kita sehari hari yg penuh kasih sayang dan cinta kasih, itulah makna dari filosofi Panembahan Senopati tentu saja dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada beliau pribadi selaku raja Mataram juga leluhur kita" Noto lalu berhenti ngomong mendengar adzan Isya' berkumandang di masjid kampung, setelah adzan berhenti lalu Noto bergegas ke masjid sambil mengajak Tono "ayo kita ke masjid, rugi lho ntar tidak dapat pahala berlipat" Tono tampak mengedipkan mata memberi isyarat kepada Noto, tampaknya Noto tahu maksudnya dan berkata "sudahlah, percuma saja..." sambil bergegas ke masjid dan meninggalkan Tono berduaan dengan Ngatemi, rupanya inilah saat yg ditunggu Tono, rupanya dia lupa pernah ditampar Ngatemi tempo hari, sambil menggeser duduknya pelan2 kearah Ngatemi, Tono mulai melancarkan rayuan gombalnya "eheemmm...dik Ngatemii kita berduaan nih....enaknya ngapain yah..?" Ngatemi yg mencium gelagat kurang mengenakkan lalu pergi meninggalkan Tono sambil menggoyang kentongan sebesar guling di depan pos ronda itu dan berujar "pacaran aja ama kentongan...makan nih....hihihihi" Tono hanya bisa menggerutu ketika ditinggal Ngatemi lalu pulang kerumahnya untuk melanjutkan main game yg ditinggalkannya tadi, ya begitulah Tono walaupun niat untuk berubah ada tapi kelakuan tetap sama tidak berubah.

Ketika di perjalanan menuju rumah Ngatemi tampak ceria lagi karena terhibur dengan penjelasan Noto yg panjang lebar mengenai Panembahan Senopati, walaupun dirinya sudah menolak cintanya Noto tapi rasa kagum dirinya terhadap Noto tidaklah berkurang dan dia kali ini dia hanya menganggap Noto maupun Tono hanya sahabat dekat saja walaupun dia juga masih mencintai Noto tapi memang hati wanita tidak dapat diduga.



Artikel terkait sebelumnya
Terjemahan Serat Wedhatama Pangkur 13-14

blog comments powered by Disqus